Penulis
Intisari-Online.com – Banyak yang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan.
Jika begitu, adakah kaitan antara tanggal kelahiran dan gaya menulis Soekarno dengan kehebatannya sebagai seorang pemimpin?
Majalah Intisari edisi Agustus 2015 melalui tulisan Esra Dopita Sidauruk, membahasnya dalam Soekarno di Mata Astrologi dan Grafologi.
Pada dasarnya, kepribadian seseorang bisa diterawang lewat planet dalam tata surya dan cakra yang berada di dalam tubuhnya.
Ada kepercayaan bahwa ketika seseorang lahir, maka dia dipengaruhi oleh seluruh planet yang ada dalam tata surya. Demikian ujar Gunadi Wwidjaja, astrolog dan konsultan prosperity di Jakarta.
Bagaimana dengan Soekarno yang lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901 pukul 05.30?
Dilihat dari waktu kelahiran, Soekarno dipengaruhi kuat oleh Merkurius, Venus, Mars, Matahari, Bulan ,dan Jupiter.
Merkurius melambangkan kecerdasan dan Venus melambangkan dewi cinta, seni, dan ketampanan.
Selain itu, Merkurius dan Venus dalam khasanah astrologi melambangkan pangeran dan putri serta kepintaran dalam berbicara.
Bulan kelahiran Soekarno yaitu Juni dimasuki planet Mars atau bintang jenderal. Mars memiliki unsur api dan melambangkan ksatria.
“Enggak heran Soekarno jadi pemimpin yang tegas, membela bangsa, rakyat, dan tidak ‘mata duitan’ karena jiwa ksatrianya sangat menonjol,” kata pria kelahiran Palembang itu.
Sementara Matahari melambangkan pemimpin atau raja.
Seseorang yang mendapatkan Matahari dalam kondisi yang bagus biasanya karirnya akan melesat seperti menjadi pemimpin.
Soekarno juga mendapatkan Bulan yang melambangkan emosional, pikiran, seni, dan kebaikan atau cinta kasih.
Lalu, Jupiter yang melambangkan ilmu pengetahuan membuat Soekarno bisa menjadi insiyur, gelar sarjana yang sulit diraih pada saat itu.
Selain ilmu pengetahuan, Jupiter juga melambangkan spiritual.
Dalam diri Soekarno, sisi spiritual itu mengemuka ketika Bung Karno sering disebut sebagai “orang sakti” dan dikaitkan dengan banyak mitos.
Orang yang memiliki sisi spiritual tidak mencari materi.
“Makanya Soekarno tidak korupsi. Beda dengan sekarang banyak pemimpin yang korupsi."
"Ia ksatria yang baik hati, cerdas, tidak kejam, dan tidak mencari uang atau keuntungan untuk diri pribadi,” kata Gunadi yang sudah 20 tahun mempelajari astrologi Cina dan astrologi lainnya termasuk, astrologi Jawa, India, dan Barat.
Cakra seks
Jika dikaitkan dengan cakra - pusat energi yang selalu bergerak aktif di dalam tubuh, Soekarno memiliki kepribadian di atas rata-rata mereka yang bershio Kerbau Logam.
Itu disebabkan cakra yang berada di dalam tubuh Soekarno semuanya hidup, terutama pada cakra bagian atas, yaitu cakra ajna, cakra tenggorokan, cakra seks, dan cakra hati sebagai penyeimbang.
Sesuai dengan namanya, cakra tenggorokan berkaitan erat dengan mulut yang berfungsi mengatur manusia dalam berkomunikasi.
Soekarno memiliki cakra tenggorokan yang sangat aktif.
Tak heran jika Soekarno dikenal sebagai orator ulung, karena sosoknya yang sangat jago “ngomong”.
Baca Juga: Saat Bung Karno Murka kepada AS dan Tarik Indonesia Keluar dari IMF: Go to Hell with Your Aid!
Kepiawaiannya dalam berorasi semakin sempurna karena dipengaruhi oleh planet-planet yang dimilikinya.
Pada cakra hati atau penyeimbang, yang dimiliki Soekarno berfungsi sangat baik.
Orang yang cakra hatinya berfungsi dengan baik, dapat berbuat adil dan hidupnya dipenuhi dengan cinta.
Tak heran Soekarno selalu dipenuhi cinta dan kasih sayang dalam hidupnya. Ia memiliki cinta yang sangat besar pada negara dan dicintai oleh rakyatnya.
Soekarno akan sangat marah jika ada yang menginjak-injak martabat Indonesia dan rakyatnya.
Cakra ajna adalah berhubungan dengan seseorang yang memiliki kemampuan lebih dalam pengelihatan, seperti penglihatan terhadap alam atau fenomena metafisika, sehingga sering dikatakan sebagai “mata ketiga”.
Cakra ajna yang dimiliki Bung Karno begitu kuat.Tak heran dia sering dikaitkan oleh mitos-mitos, bahkan ada yang menyebutnya sebagai orang sakti.
Sedangkan, pada cakra seks, terbukti dari banyaknya istri yang dimiliki oleh Soekarno.
Selain itu, Soekarno pandai menaklukan hati para wanita serta banyaknya wanita yang juga mengagumi Soekarno.
Ini tak terlepas dari karisma dan ketampanan yang dimilikinya. Ini pula yang menjadi kelemahan dari Sang Proklamator.
Jadi, jika melihat dari pengaruh tata surya dan cakra yang mempengaruhi Soekarno, dapat ditarik kesimpulan bahwa Soekarno adalah pemimpin yang berjiwa ksatria mencintai rakyatnya, baik hati, cerdas, tampan, pencinta seni, pandai berorasi, dan tidak mencari materi.
Rahasia tanda tangan
Kepribadian seseorang juga dapat diketahui melalui analisis grafologi atau tulisan tangan.
Dari grafologi dapat dilihat cara pandang seseorang terhadap kehidupan dan mengatasi masalah hidup, bagaimana menjalin relasi dengan orang lain, cara kepemimpinan, hingga kehidupan sewaktu kecil, remaja, dewasa, dan saat ini.
Aspek yang dinilai antara lain, besar kecil huruf, lebar tulisan, kecondongan tulisan, jarak atau spasi antar kata, fluktasi tulisan, cara menarik, dan struktur tulisan.
Baca Juga: Diperingatkan 'Ribuan Kali', Mengapa Bung Karno Tetap Nekat Nikahi Naoko Nemoto?
Dari empat contoh tulisan tangan serta tanda tangan Bung Karno yang ditulis dalam situasi dan kondisi yang berbeda, ditemukan sebuah konsistensi pola.
Hal ini menunjukkan, sang founding father ini memiliki kepribadian yang teguh dan konsisten, meski dalam tekanan berat seperti saat merumuskan teks proklamasi.
Menurut grafolog dan konsultan psikologi Achsinfi na H Soemantoro, terlihat jelas karakteristik kepemimpinan dalam tanda tangan Bung Karno.
Tanda tangan mantan suami Inggit Ganarsih tersebut tidak menggambarkan sosok yang stagnasi, melainkan memiliki visi ke depan yang sangat jelas atau disebut visioner.
“Ciri khas tanda tangan seorang pemimpin bentuknya dinamis. Bung Karno mempunyai itu,” ucap grafolog yang akrab disapa Shinta.
Tanda tangan Soekarno diawali dengan inisial namanya yaitu “S”, namun huruf S tersebut tidak dituliskan dengan jelas. Ia memberikan sedikit bentukan bulat di dalamnya.
Shinta mengatakan, huruf S yang tidak terlihat jelas itu menggambarkan bahwa Bung Karno sewaktu kecil mendapatkan kasih sayang yang besar dari kedua orangtuanya. Terutama dari ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai.
Hal itu juga yang membuat Soekarno setelah dewasa menjadi pribadi yang penuh cinta dan memiliki sikap mengayomi.
“Keinginan seseorang untuk mencintai dan dicintai pasti ada, namun Bung Karno memiliki itu lebih.
Ia mampu meletakkan seseorang begitu spesial,” ucap penulis buku Menguak Rahasia Tulisan Tangan ini.
Rasa kasih sayang itu juga terlihat terlihat dari tulisan Soekarno kepada istri-istrinya, seperti Haryati dan Heldi Jafar.
Ia menempatkan para istrinya begitu spesial sesuai dengan kepribadian masing-masing.
“Mungkin karena sosok ibunya kuat sekali, sehingga ia memperlakukan wanita dan para istrinya sama seperti ia memperlakukan ibunya,” kata Shinta.
Baca Juga: G30S Akhirnya 'Mati Kutu' Setelah Bung Karno Ambil Keputusan Ini saat Dilarikan ke Halim
Tanda titik dan garis
Dalam tanda tangannya, Soekarno selalu mengakhiri dengan tanda titik dan garis, terutama dalam teks proklamsi dan teks yang bersifat kenegaraan.
Tanda titik ini menunjukkan ketegasan. Sedangkan tanda garis menunjukkan bahwa Soekarno tidak dapat melakukan apa pun tanpa mendapatkan dukungan penuh dari rakyat Indonesia.
Dari situ, Bung Karno ingin menunjukkan, kerja tim itu sangat penting untuk mewujudkan kemerdekaan.
Contoh lain dalam rumusan tulisan tangan teks proklamasi, pada kata “Proklamasi” di paling atas disertai dengan dua garis.
Soekarno ingin menunjukkan kembali ketegasan kerja tim tersebut. Ia ingin menegaskan bahwa kemerdekaan harus segera terealisasi, meskipun ia tahu hal itu tidak mudah.
Mengingat banyaknya halangan dan rintangan, namun ia tetap yakin melalui semangat kerja tim semua bisa terwujud.
Hal serupa juga bisa dilihat dalam tulisan akhir, Bung Karno tetap “memaksa” untuk menuliskan wakil-wakil bangsa Indonesia, yang sesungguhnya sudah tidak muat dalam kertas, karena kerja tim baginya amat penting.
Selain tegas, Soekarno juga teliti. Itu terlihat dari jarak atau spasi antarkata yang begitu teratur serta margin kiri dan kanan yang ideal.
Padahal, dapat dikatakan situasi saat itu dalam kondisi yang “tertekan” dan tergesa-gesa, namun Soekarno tetap memikirkan ketelitian dalam menulis.
Shinta mengatakan, dari analisis tulisan tangan Soekarno ditemukan bahwa Bung Karno adalah seorang penikmat seni. Itu terlihat dari huruf-huruf yang condong keluar.
Bung Karno juga pribadi yang perfeksionis. Dalam arti, segala sesuatu harus mengikuti aturan yang berlaku.
Sedangkan, yang menjadi kelemahan dari Soekarno adalah pribadi yang cukup memaksakan kehendak sendiri.
Itu terlihat dari batang tulisan pada huruf D yang tidak tinggi.
“Tapi Soekarno punya keyakinan dan kemampuan independensi yang tinggi, sehingga ia mampu mencapai keinginan atau kehendak tersebut,” tutur Shinta.