Find Us On Social Media :

Kisah Kekaisaran Jepang yang Sarat dengan Tradisi, Saat Lahir Sudah Harus Dipisahkan dari Orangtuanya

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 4 Mei 2019 | 14:00 WIB

Kalah melawan tradisi

Saat itu Akihito sudah mempunyai seorang adik laki-laki, yaitu Pangeran Hitachi atau Matsuhito. Kemudian kaisar mempunyai seorang putri lagi, Suga.

Dari keenam anak kaisar itu, yang sulung kini sudah memnggal. Yang kedua menjadi pendeta Shinto setelah suaminya meninggal. Yang ketiga bersuamikan seorang bankir dan yang bungsu menikah dengan seorang karyawan biasa (kini  jadi pengusaha).

Pangeran Hitachi menikah dengan bekas seorang wartawan amatir. Gadis itu, Hanaku Tsugaru, dipilih dari dua ribu calon yang disaring oleh kepala rumah tangga istana.

Baca Juga : Temui Askia Mohammad I, Kaisar dan Pimpinan Militer yang Gulingkan Dinasti Sunni

Pada masa Pangeran Hitachi masih kecil, ia juga diambil dari orang tuanya. Kaisar dan permaisuri mengharapkan ia bisa belajar bersama-sama dengan kakaknya yang dua tahun lebih tua, tetapi menurut tradisi, putra makota tidak boleh bergaul dengan orang lain, juga dengan adiknya.

Tradisi juga cuma mengizinkan putra makota bertemu sekali-sekali saja dengan orang tuanya. Kadang-kadang pada waktu yang sudah ditentukan Akihito tidak muncul, sehingga orang tuanya yang sudah menunggu-nunggu menjadi kecewa.  Kaisar tidak berdaya menghadapi tradisi.

Kemudian tokoh-tokoh militer yang berkuasa membawa Jepang ke kancah peperangan. Ketika Jepang sudah porak-poranda bulan Agustus 1945, banyak tokoh militer ingin mcneruskan perang sampai habis-habisan.

Maklumlah selama sejarah Jepang yang lebih dari 25 abad itu, mereka belum pernah dijajah. Kalah perang merupakan aib yang tidak tertanggungkan.

Baca Juga : Dipercaya Dapat Usir Roh Jahat, Inilah Festival 'Buat Anak Menangis' Jepang yang Berusia 400 Tahun

Namun, kaisar yang melihat pendentaan rakyatnya memutuskan untuk takluk kepada Sekutu, demi kesejahteraan rakyatnya.

Jadi, tanggal 15 Agustus 1945, untuk pertama kalinya rakyat Jepang mendengar suara kaisar mereka lewat radio, ia meminta mereka mengakhiri perang dan mereka pun membungkuk sambil berseru, "Tenno Heika ... Banzai!'