Find Us On Social Media :

Kisah Kekaisaran Jepang yang Sarat dengan Tradisi, Saat Lahir Sudah Harus Dipisahkan dari Orangtuanya

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 4 Mei 2019 | 14:00 WIB

Seorang pejabat istana, Koken Tanaka, yang tidak begitu setuju akan hubungan Hirohito dengan Nagako, lantas berusaha meyakinkan kaisar agar beristri lagi.

Baca Juga : Kisah Kaisar Jepang dari Perang Dunia II Hingga Menyebut Dirinya Makhluk Fana

Kaisar Jepang memang biasa mempunyai banyak istri. Namun, Hirohito menolak. Ia setia kepada istrinya.

Tanaka merasa dinasti terancam, jadi diam-diam dianjurkannya para dayang memikat hati kaisar. Itu pun tidak mempan. Terpaksa diajukan tiga calon secara terang-terangan.

Lama-kelamaan Nagako tahu juga adanya intrik-intrik dalam istana. Ia merasa risau. Suatu kali kaisar bertanya, mengapa permaisuri tampak murung.

Mula-mula Nagako tidak mau mengaku, tetapi ketika akhirnya ia menjelaskan juga, kaisar menjawab agar ia jangan gundah. Kaisar mempunyai tiga saudara laki-laki yang bisa menggantikannya naik tahta.

Baca Juga : Ini 3 Benda Pusaka 'Sakral' yang Diwariskan Turun-temurun pada Kaisar Jepang, Konon Pendeta Tidak Bisa Melihatnya

Pada bulan Desember 1933 lahirlah seorang putra yang sudah lama dinanti-nantikan. Putra makota itu diberi nama Akihito.

Hirohito dan Nagako ingin mengasuh anak-anak mereka sendiri. Bahkan Akihito disusui sendiri oleh Nagako, sehingga menimbulkan kegemparan. Biasanya orang-orang kalangan atas membiarkan anaknya disusui orang lain.

Namun, pada umur tiga tahun Akihito direnggut juga dari orang tuanya oleh tradisi. Kaisar dan permaisuri sebetulnya meminta penundaan. Penundaan yang cuma tiga bulan itu berlangsung begitu cepat.

Akihito bukan cuma dipisahkan dari orang tuanya, tetapi juga dari teman sebaya. la dididik oleh guru-guru khusus.

Baca Juga : Era Baru Jepang, Putra Mahkota Naruhito Resmi Jadi Kaisar Jepang!