Find Us On Social Media :

Kapan Waktu yang Tepat untuk Menyapih Anak dan Bagaimana Caranya?

By Trisna Wulandari, Minggu, 28 April 2019 | 11:00 WIB

 

Intisari-Online.com - Anak perlu disapih karena ia sudah memerlukan sumber energi yang baru demi proses pertumbuhannya.

Pada saat bayi berusia enam bulan, pemberian ASI hanya memenuhi setengah dari energi yang dibutuhkannya.

Seiring bertambah usia, pemenuhan kebutuhan energi juga harus dipenuhi, yaitu makanan di luar ASI.

Kedua, anak perlu dilatih kemampuan mulutnya untuk makan dan menelan makanan yang lebih padat.

Para ahli kesehatan menganjurkan anak usia enam bulan sudah mulai disapih.

Baca Juga : Tips Menyusui yang Harus Diketahui oleh Ibu yang Baru Melahirkan

Dr. Dicky Pribadi , SpA, M.Kes dari RS Mitra Keluarga, Depok mengatakan, pada usia tersebut, bayi dianggap sudah dapat menggerakkan lidah dengan lebih baik.

Pergerakan lidah ini berfungsi untuk memindah-mindahkan (seolah mengunyah) makanan dalam mulut mungilnya.

Termasuk menggerakkan rahang naik turun layaknya gerakan makan.

Pada usia itu, pencernaan bayi juga sudah cukup siap untuk mencerna makanan selain ASI.

Kalau ibu agak ragu, perhatikan tanda-tanda anak yang sudah saatnya disapih.

Baca Juga : Alasan Bayi Ngiler Berlebihan

Biasanya, gelisah dan rewel.

Lalu ngiler dengan makanan apa yang kita makan.

Kalau sudah paham dengan kondisi itu, ibu dapat semakin percaya diri untuk menyapih.

Pastikan juga ibu dalam keadaan sehat fisik dan mental ketika memulainya.

Ibu harus memberikan perhatian dan waktu yang ekstra.

Akan lebih baik jika ayah atau anggota keluarga lain ikut mendukung.

Baca Juga : Bayi Rewel dan Terus Menangis, Coba Pijit Titik-titik 'Ajaib' Ini untuk Meredakannya

Karena proses menyapih biasanya mempengaruhi kondisi emosional.

Misal, ibu tidak tega karena anak menangis minta ASI.

Cara menyapih sebetulnya sederhana saja.

Pertama, sediakan bahan makanan dan alat makan yang bersih.

Pastikan makanan sapih berasal dari campuran bahan makanan yang sehat agar kebutuhan gizi seimbang terpenuhi.

Baca Juga : Garam Berlebih di Makanan Bayi

Untuk tahap awal, berikan anak makanan lumat, contoh bubur ASI dimulai dengan 2-3 sendok makan kecil selama dua kali sehari.

Perlahan-lahan, jumlahnya dinaikkan bertahap.

Makanan pendamping ASI (MPASI) pertama yang dikenalkan biasanya berbahan dasar tepung beras.

Baru setelah itu jenis makanan lain seperti sayuran, buah, daging, telur, ikan, tahu, tempe yang dilumatkan dan disaring.

Setiap makanan baiknya diperkenalkan satu persatu sembari mengamati kemungkinan alergi anak pada makanan tertentu.

Baca Juga : Apa Perbedaan Antara Alergi Makanan dan Intoleransi Makanan? Ini yang Kebanyakan Kita Tidak Tahu

Saat mulai memberi makan, lakukan pendekatan yang hangat dengan senyuman dan kontak mata dengan anak.

Jika anak menolak, jangan langsung dipaksa apalagi dimarahi.

Apabila anak rewel dan ingin memasukkan makanannya sendiri ke dalam mulut, berikan ia kesempatan.

Pastikan anak merasa gembira ketika makan.

Karena anak yang disapih mungkin saja memuntahkan makanannya bahkan menangis tidak mau makan.

Baca Juga : Ubi Jalar Dilarang untuk MPASI, Begitu Juga Jagung dan Kentang, Ini Bahayanya

Di saat seperti itu, ibu sebaiknya lebih sabar.

Untuk mengurangi ketergantungan anak dalam menyusu ASI, penggunaan daun/sayur hijau yang menimbulkan rasa pahit baik digunakan sebagai penyapih. 

Lumatkan daun/sayur tersebut kemudian dioleskan ke payudara ibu, sehingga rasa pahitnya membuat anak enggan menyusu.

Proses penyapihan dikatakan berhasil apabila anak menghabiskan makanan lumat yang diberikan.

Ia juga tampak senang dan menyukai rasa makanan tersebut.

Dan tanda nyata yang juga terlihat adalah berat badan anak bertambah. (Tika Anggreni Purba)

 

Artikel ini telah terbit di Majalah Intisari dalam rubrik T&J Dokter dengan judul "Menyapih Anak".