Find Us On Social Media :

Kasus Gadis yang Dibakar oleh Teman-teman Kelasnya, Sebelumnya Ia Jadi Korban Pelecehan Seksual yang Berusaha Mencari Keadilan

By Tatik Ariyani, Jumat, 19 April 2019 | 11:30 WIB

 

Intisari-Online.com - Tidak hanya sekali, ada banyak kasus di mana nasib korban tindak kekerasan seksual justru berakhir tragis.

Hal ini pula yang dialami oleh seorang gadis malang asal Bangladesh.

Beberapa waktu yang lalu, diberitakan ada seorang gadis SMA di Bangladesh yang dibakar teman-temannya. Ternyata, kasus tersebut berhubungan dengan kekerasan seksual.

Pada 6 April 2019 lalu, seorang gadis SMA disiram bensin dan dibakar teman-temannya.

Baca Juga : Ini 10 Makanan Terbaik untuk Menjaga Kesehatan Mental

Gadis itu sempat dilarikan ke rumah sakit, namun karena luka bakar yang dialaminya sangat parah, nyawanya tak dapat diselamatkan.

Nusrat Jahan Rafi (19), gadis SMA yang tewas setelah dibakar teman-temannya itu ternyata merupakan korban pelecehan seksual oleh kepala sekolahnya.

Dilansir dari BBC pada Kamis (18/4/2019), Nusrat mengalami tindakan tak pantas yang dilakukan kepala sekolahnya.

Pada 27 Maret, kepala sekolah memanggilnya ke ruangannya, di sana ia berulang kali disentuh dengan cara tak pantas.

Baca Juga : Tak Pernah Lapar, Mutasi Genetika Ini Buat Orang-orang Inggris Kenyang Sepanjang Waktu

Banyak gadis di Bangladesh yang memilih tutup mulut untuk merahasiakan pelecehan seksual yang mereka alami, namun tidak dengan Nusrat.

Dengan bantuan keluarga, Nusrat pergi melaporkan pelecehan seksual yang dialaminya ke polisi.

Di kantor polisi setempat Nusrat memberikan pernyataan.

Dia seharusnya diberikan lingkungan yang aman untuk mengingat kembali pengalaman traumatisnya. 

Baca Juga : 3 Manfaat Ajaib Fermentasi Bawang Putih, Simak Cara Membuatnya!

Sebaliknya, dia justru direkam oleh petugas yang bertanggung jawab.

Dikutip dari BBC, dalam video itu, Nusrat tampak tertekan dan berusaha menyembunyikan wajahnya dengan tangannya.

Polisi terdengar mengatakan "bukan masalah besar" dan menyuruhnya untuk tidak menutupi wajahnya. Video itu kemudian bocor ke media lokal.

Setelah menerima laporan Nusrat, kepala sekolah itu ditangkap pada 27 Maret 2019. Namun justru itu menjadi awal yang buruk bagi Nusrat.

Baca Juga : Rentang Sayapnya Sepanjang Lapangan Bola, Pesawat Terbesar di Dunia Terbang Perdana

Sekelompok orang berkumpul di jalan menuntut pembebasan sang kepala sekolah.

Diduga aksi protes itu direncanakan oleh dua murid laki-laki dan politisi lokal.

Orang-orang mulai menyalahkan Nusrat dan itu membuat keluarga gadis malang itu khawatir tentang keselamatannya.

Pada 6 April 2019, 11 hari setelah dugaan kekerasan seksual, Nusrat pergi ke sekolahnya untuk mengikuti ujian akhirnya.

Baca Juga : Dulu Banyak Digunakan, BlackBerry Messenger Kini Akan Hentikan Layanan pada 31 Mei 2019!

Pada saat itu, Nusrat ditemani saudara laki-lakinya.

"Saya mencoba membawa saudara saya ke sekolah dan saya mencoba memasuki tempat itu, tapi saya dihentikan dan tidak diizinkan masuk," kata Mahmudul Hasan Noman, sudara laki-laki Nusrat.

"Jika aku tidak dihentikan, hal seperti ini tidak akan terjadi pada saudara perempuanku," katanya. 

 

Baca Juga : Perempuan di China Telan Sendok Karena Ingin Keluarkan Duri Ikan, Ini Cara Singkirkan Duri Ikan yang Benar

Dikutip dari BBC, menurut sebuah pernyataan yang diberikan oleh Nusrat, seorang murid perempuan membawanya ke atap sekolah dengan mengatakan bahwa salah satu teman Nusrat dipukuli.

Namun ketika Nusrat mencapai atap sekolah, ada empat atau lima orang mengenakan burqa yang langsung mengelilinginya.

Sekelompok orang itu meminta Nusrat untuk menarik kembali laporan yang ia buat terhadap kepala sekolah.

Ketika Nusrat menolak, mereka membakarnya.

Baca Juga : Hartanya Capai Rp161 Triliun, Pria Ini Hanya Habiskan Uang Rp200 Ribu dalam Sehari

Kepala Biro Investigasi Polisi Banaj Kumar Majumder mengatakan para pembunuh itu ingin "membuatnya terlihat seperti bunuh diri". 

Rencana mereka gagal ketika Nusrat diselamatkan setelah mereka melarikan diri dari tempat kejadian.

Dia bisa memberikan pernyataan sebelum dia meninggal.

"Salah satu pembunuh itu memegangi kepalanya dengan tangan, jadi minyak tanah tidak dituangkan di sana dan itu sebabnya kepalanya tidak terbakar," kata Majumder kepada BBC Bengali.

Baca Juga : Cinta Penelope Derita Kanker Stadium Tiga: ‘Saya Dulu Sering Minum Alkohol, Begadang, dan Merokok’

Tetapi ketika Nusrat dibawa ke rumah sakit setempat, dokter menemukan luka bakar yang menutupi 80% tubuhnya.

Tidak dapat mengobati luka bakar, mereka mengirimnya ke Rumah Sakit Medical College Dhaka. 

 

Di ambulans, Nusrat yang takut tidak akan selamat merekam suaranya tentang pernyataan di ponsel saudara laki-lakinya.

"Guru itu menyentuhku, aku akan memerangi kejahatan ini sampai napas terakhirku," demikian yang Nusrat katakan.

Gadis itu juga mengidentifikasi beberapa penyerangnya adalah murid sekolahnya.

Sejak itu, berita tentang Nusrat mendominasi media Bangladesh.

Pada 10 April, dia meninggal. Ribuan orang menghadiri pemakamannya di Feni, kota kelahirannya. 

 

Polisi sejak itu menangkap 15 orang, tujuh dari mereka diduga terlibat dalam pembunuhan itu.

Di antara mereka yang ditangkap adalah dua siswa laki-laki yang mengorganisir protes untuk mendukung kepala sekolah sementara kepala sekolah sendiri tetap ditahan.

Polisi yang merekam Nusrat saat gadis itu melakukan pengaduan pelecehan seksual telah dilepas dari jabatannya dan dipindahkan ke departemen lain.

Perdana Menteri Sheikh Hasina bertemu keluarga Nusrat di Dhaka dan berjanji bahwa setiap orang yang terlibat dalam pembunuhan akan diadili. 

Baca Juga : Banyak Caleg Stres Karena Gagal Terpilih, Benarkah Faktor Biaya Jadi Pemicunya?

"Tak satu pun dari pelakunya akan terhindar dari tindakan hukum," katanya.

Kematian Nusrat telah memicu protes dan ribuan orang mengekspresikan kemarahan mereka tentang kasusnya serta perlakuan terhadap korban kekerasan seksual di Bangladesh.

"Saya menginginkan seorang anak perempuan sepanjang hidup saya, tetapi sekarang saya takut.

Melahirkan seorang anak perempuan di negara ini berarti kehidupan yang penuh ketakutan dan kekhawatiran," tulis seorang pengguna Facebook.

Menurut kelompok hak asasi perempuan Bangladesh, ada 940 insiden pemerkosaan di Bangladesh pada 2018.

Tetapi para peneliti mengatakan mungkin jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi. (Nieko Octavi Septiana)

Artikel ini pernah tayang di Suar.id dengan judul "Fakta Dibalik Kasus Gadis SMA yang Dibakar Teman-temannya Hingga Tewas"