Advertorial
Intisari-online.com - Pemilihan umum serentak telah bergulir pada Rabu (17/4/2019) dan kini proses perhitungan sedang dimulai.
Meski demikian, proses hitung cepat atau Quick Count sedang berlangsung, dan bisa disaksikan sendiri perolehan hasilnya.
Serba-serbi yang mewarnai dalam dinamika pemilu adalah imbas yang biasaya diterima oleh para caleg yang gagal menjadi anggota legislatif.
Hasilnya, para caleg tersebut dikabarkan stress dan berakhir di rumah sakit jiwa.
Baca Juga : 10 Manfaat Jepan alias Labu Siam yang Jarang Diketahui. Salah Satunya Bisa Tingkatkan Fungsi Otak, Lo!
Fenomena seperti ini memang umum ditemukan di Indonesia, apalagi pascapemilu telah usai.
Padahal ongkos yang dikeluarkan oleh calon legislatif juga tidaklah sedikit, seperti dikutip dari Tribun Manado 13 April.
Mantan anggota DPR 2 periode, Poempida Hidayatulloh menceritakan pengalamannya terkait ongkos politiknya.
Pileg yang terpilih 2009 dan 2014 dari partai Golkar ini, membocorkan besaran ongkos yang dikeluarkannya untuk maju menjadi calon legislatif.
Baca Juga : Awas, Konsumsi 1 Iris Daging Sehari Berisiko Kena Kanker Usus Besar Lebih Besar
"Kalau saya dulu begini untuk menghitung biaya saya. Untuk lolos, dulu saya perlu suara 180.000."
"Saya misalnya cuma bisa mengeluarkan biaya per orang itu Rp50.000 per orang," ujar Poempida, kepada Kompas.com, Kamis (11/4/2019).
Poempia mengatakan uang Rp50 ribu bukan politik uang, namun sebagai ongkos sosialisasi yang dikeluarkannya untuk satu orang.
Misal untuk kaos dan konsumsi saat kampanye itu hanya gambaran idealnya.
Namun gambaran uang milyaran rupiah tidak bisa dijadikan patokan untuk menang saat pilpres.
Meski demikan lantas apa yang membuat para caleg ini stres karena tidak terpilih sebagai wakil rakyat?
Menurut Tribunnews pada Selasa (16/4/2019), psikolog klinis dan Hipnoterapis, Liza Marielly Djaprie menyebut ada banyak faktor penyebab caleg stres.
Salah satu persoalan utama ternyata memang uang dan material yang sudah banyak dikeluarkan namun tak membuahkan hasil yang diinginkan.
Baca Juga : Kisah 2 Fotografer Sukses yang Tinggalkan Kariernya Untuk Tinggal di Hutan Dengan 100 Anjing Sakit
"Kalau banyak faktor yang terlibat ya mungkin ekspektasinya udah tinggi, mungkin juga dia sudah menaruh sekian banyak saham dana disitu mungkin juga, keluar kerjaan, gadai rumah, ada tekanan lain," ugkap Liza saat dihubungiTribunnews.com, Selasa (16/4/2019).
Kemudian ada juga penyebab yang bisa datang dari diri sendiri, misalnya memiliki sifat yang tidak bisa legowo, sehingga saat tidak menerima kekalahan akan memancing emosi yang dapat menimbulkan stres.
"Karakter yang bukan legowo, karakter yang perfectionist, yang keras, jadi dia ngerasa gak dapet ya ngamuk lah dia itu," kata Liza.
Faktor lainnya yang dapat memancing stres pada caleg adalah faktor lingkungan, misalnya si caleg memiliki jiwa yang legowo tapi keluarga terus menyalahkan kekalahannya juga bisa menyebabkan stres.
Permasalahan caleg stres, acab kali sudah mewarnai dinamika perpolitikan di Indonesia pascapemilu.
Sikap optimis yang terlalu berlebihan, dan juga pengorbanan yang lebih dari yang dimiliki menjadi pemicu penyebab stres.
Baca Juga : Pemilu Sudah Berakhir, Yuk Perbaiki Hubungan dengan Kerabat yang Sempat Retak