Find Us On Social Media :

Dari Tuyul Hingga Babi Ngepet, Inilah Makhluk-makhluk Gaib ‘Pencuri’ Harta dari Tanah Indonesia

By Ade Sulaeman, Selasa, 13 Februari 2018 | 15:00 WIB

Karena itu di beberapa daerah ada kebiasaan menjaga makam anak-anak yang meninggal pada hari pasaran itu.

Terlepas dari persoalan benar atau tidak, kepercayaan-kepercayaan warisan leluhur kita ini kenyataannya sering membuat susah.

Mereka yang berpikiran sederhana jadi tak dapat memahami bahwa orang bisa menjadi kaya atau berhasil tidak hanya melalui ngipri atau ngepet.

Sisa pemikiran primitif

Seorang pamong Desa Pekuncen sendiri tak merasa yakin Wiryasin melakukan nyupang. Ia menjadi kaya semata-mata karena kerja keras, sebab keluarganya termasuk keluarga petani yang ulet dan paling rajin mendengarkan penyuluhan dari Dinas Pertanian setempat.

Banyaknya balita yang meninggal dunia di Desa Sidamulya juga tidak bisa dihubungkan begitu saja dengan tumbal yang harus dibayar Kasmin dan Rasih.

Bidan yang bertugas di Puskesmas Bongas mengatakan, tingginya angka kematian bayi bisa saja terjadi karena para ibu di Sidamulya banyak yang melahirkan dengan bantuan dukun yang peralatannya tidak steril.

Hal yang sama juga berlaku pada restoran bakmi yang kasusnya telah diuraikan di atas. Walau sudah sempat dirugikan, sampai hari ini pemiliknya tetap tidak dapat dibuktikan punya "hubungan gelap" dengan dunia pesugihan.

Namun, mengapa banyak di antara kita yang begitu yakin tentang adanya tuyul, Nyai Blorong, Putri Babi dan makhluk-makhluk sejenis lainnya?

Dr. Onghokham, sejarawan UI yang punya minat khusus dalam soal ini, mengatakan bahwa ini merupakan sisa-sisa pemikiran primitif yang ada pada kita.

Meski sudah hidup dalam abad ke-20, menurutnya, kita masih memendam pemikiran-pemikiran purba yang bisa disejajarkan dengan pemikiran-pemikiran orang Eropa Abad Pertengahan.

Dalam Abad Pertengahan di Eropa juga dikenal cerita-cerita tentang orang-orang yang menjual rohnya kepada setan untuk memperoleh kekayaan.