Sedangkan dikatakan panik berat, kalau dalam satu bulan terakhir paling tidak terjadi delapan kali serangan.
Sedangkan tingkat yang lebih parah bila sampai pada gangguan agorafobia yang merupakan gangguan panik tingkat puncak atau ekstrem.
Pada taraf ini penderita mulai takut pergi ke tempat-tempat keramaian walau untuk suatu urusan yang penting sekalipun.
Banyak penderita yang tidak berani lagi melakukan pekerjaan rutin seperti mengendarai mobil, berbelanja, bahkan muncul di pekarangan rumahnya sendiri!
Hampir 65% penderitanya mengalami depresi, kecemasan tinggi, fobia serta mulai menjadi pencandu minuman atau obat keras.
Soalnya dalam kepanikan yang memuncak penderita merasa tak berdaya, kehilangan kontrol, serta merasa tidak mempunyai penolong bila terjadi sesuatu pada dirinya.
Akibatnya, ia merasa lebih baik tidak ke mana-mana. Kalaupun berani pergi, ia selalu minta ditemani.
Penderita merasa dirinya mengidap penyakit berat, bahkan merasa sedang sekarat.
Jarak waktu yang dilaporkan antara terjadinya gangguan panik dengan terkenanya gangguan agorafobia, hanya tiga hari sampai enam bulan saja.
Jadi bila agorafobia muncul sebagai komplikasi dari gangguan panik, biasanya sudah dapat ter-deteksi dalam waktu maksimal enam bulan. Namun untuk mendiagnosis ragorafobia tentunya perlu kriteria tersendiri.
Agorafobia sendiri terbagi atas tingkat ringan, sedang, dan berat. Dalam taraf ringan, penderita masih dapat hidup normal, hanya baru dalam taraf awal penghindaran kecil-kecilan.
Pada taraf sedang, penghindaran mengakibatkan pembatasan aktivitas sehari-hari. Misalnya masih berani pergi sendiri tapi jarak terbatas.