Find Us On Social Media :

Kisah-kisah Lucu dan Menegangkan di Sela-sela Kemuraman Pengkhianatan G30S

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 22 September 2017 | 14:30 WIB

Haus

Taktik memang kadang-kadang lebih ampuh daripada perlawanan langsung. Misalnya saja ketika Brigjen Surjo Sumpeno yang waktu itu Pangdam VII Diponegoro didatangi seorang kapten yang berkata,

"Jenderal, mulai sekarang, Jenderal ditahan."

"Tahan boleh saja, tapi saya haus. Coba, tolong ambilkan teh dulu," sahutnya.

Maka pergilah si kapten mencari teh dan Brigjen Surjo Sumpeno memanfaatkan kesempatan itu untuk meloloskan diri. Beberapa waktu kemudian sebuah batalyon dan pasukan taruna AMN (sekarang AKABRI) di bawah pitnpinan sang brigjen bergerak membebaskan Yogya dan kemudian Solo. •

(Kompas, Selasa, 12 Oktober 1965)

(Baca juga: Aidit ketika Diwawancarai Intisari pada Maret 1964: ‘Puncak Perjuangan Politik Saya adalah Proklamasi Kemerdekaan, Entah Nanti...’)

Gara-gara knalpot

Sebuah truk melewati istana kepresidenan di Cipanas. Satuan Cakrabirawa yang bertugas menjaga istana mengira mendengar tembakan.

Mereka membalas sambil tak lupa memadamkan penerangan di istana. Satuan-satuan angkatan darat yang bertugas mengawasi istana tersebut agaknya mengira tembakan itu diarahkan kepada mereka.

Maka mereka pun membalas menembak ke istana. Untunglah beberapa anggota satuan AD berinisiatif merangkak mendekat ke istana untuk menanyakan duduk perkaranya.

Siapa sangka yang semula dikira tembakan oleh pasukan Cakrabirawa adalah letupan-letupan knalpot bocor dari truk yang tadi lewat.