Itulah sebabnya, mengapa di Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, dan bahkan Maluku masih dapat kita temukan tanaman manggis juga.
Buah yang kadang-kadang dipakai main tebak-tebakan ini tergolong buah musiman. Musim manggis di daerah sebelah selatan khatulistiwa jatuh pada bulan November – Januari, setelah didahului musim bunga sekitar Juli – September.
Tetapi makin ke barat, seperti di Sumatra, musim manggis jatuh lebih awal beberapa bulan. Sedangkan makin ke timur, seperti di Nusa Tenggara dan Maluku, musim itu jatuh lebih kasip beberapa bulan.
Meskipun begitu, karena perubahan iklim mikro, pada manggis dapat terjadi musim panen raya dengan hasil buah melimpah ruah, yang selanjutnya diikuti musim panen kecil pada tahun berikutnya.
Dalam keadaan ekstrem malah dapat terjadi musim panen hanya sekali dalam dua tahun. Itulah sebabnya, ratu buah-buahan ini kadang hanya terdapat sedikit di pasaran, padahal seharusnya "sedang musim".
Budh manggis di mana-mana selalu sama. Tidak ada yang lebih unggul daripada yang lain. Sebab, pada tanaman ini tidak pernah terjadi perkawinah silang.
Sebenarnya manggis berbunga sempurna, komplet dengan benang sari jantan dan putik betina.
Tetapi benang sari ini tumbuh rudimenter (mengecil dan mengering), sehingga tidak dapat bertugas sebagaimana mestinya.
Anehnya, manggis tetap saja membentuk buah yang berbiji. Tidak melalui perkawinan, tetapi karena pengaruh hormon endogen (dari dalam tubuh tanaman itu sendiri).
Proses pembentukan buah yang dikenal sebagai apomiksis ini mewariskan sifat-sifat tanaman induk seratus persen kepada anakannya.
Di beberapa daerah pernah dijumpai manggis yang rasa buahnya lebih nikmat, seolah-olah merupakan varietas unggul.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR