Melalui bebatuan licin, pengunjung kemudian dituntun untuk menyaksikan sebuah rongga di dinding gua berbentuk irisan stupa seperti ruang pertapaan, dengan sendang kecil di depannya, Sendang Relung Jiwo.
Ruangan berikutnya berupa hamparan bebatuan rata yang cukup luas, bisa untuk duduk-duduk dan bersantai.
Biasanya tempat ini dimanfaatkan para pengunjung untuk berfoto.
Tak jauh dari tempat ini, terdapat palang kayu dengan tulisan peringatan dilarang masuk.
Kayu bercat merah menyala tersebut berfungsi untuk menutup luweng, semacam jurang berbentuk sumur yang dalamnya mencapai ratusan meter.
“Konon sumur itu bisa tembus ke Laut Selatan,” ujar Bondan Surya Pawenang, pemandu wisata Gua Gong.
Di bagian terakhir sebelum kembali menuju pintu gua, pengunjung masih bisa menikmati keindahan sebuah stalaktit, Sela Cipta Citra Agung, dan sendang kecil yang disebut Sendang Kamulyan.
(Baca juga: Demi Cinta dan Menikah dengan Pria Jawa Tengah, Perempuan Italia Ini Rela Menabung 2 Tahun untuk Ongkos ke Indonesia)
Meski suasana dalam gua didominasi kegelapan, di beberapa tempat masih terlihat dengan jelas wajah-wajah pengunjung.
Memang dari kejauhan, berbagai bentuk stalaktit dan stalagmit itu tampak memancarkan sinar warna-warni. Tapi jangan salah, bukan batunya yang bernyala. Itu pantulan lampu sorot berwarna yang tersembunyi.
Untuk menyegarkan udara sumpek, terlebih saat gua penuh pengunjung, pengelola memasang dua buah kipas angin besar. Sayang, siang itu tidak berfungsi.
"Pada hari libur, pernah hampir seribu orang berada di dalam gua. Sementara barisan mereka yang menunggu giliran di luar seperti badan ular mencapai panjang ± 2 km," tambah Bondan.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR