Akhirnya, akar itu dikirim kembali ke Donorojo.
"Boleh dibilang di sini tidak terjadi pencurian kayu. Mana ada maling yang berani mencuri kayu di hutan ini," lagi-lagi si sopir berkomentar.
Mungkin saja folkfore horor ini bisa menakut-nakuti para maling amatiran, sehingga program pelestarian hutan terbantu sementara.
Seperti istana dongeng
Akhirnya, mobil berhenti di Pasar Punung, ± 25 km sebelum Pacitan. Nah, di sinilah pelancong belok kanan menuju Gua Gong yang jaraknya tinggal 6 km.
Tempat wisata ini terletak di pesisir pantai selatan, tepatnya di Desa Bomo, Kec. Punung, Kab. Pacitan dan dikelilingi sederetan gunung kecil.
Meski sudah diaspal, jalan berliku menuju lokasi gua belum bagus. Selain berlubang di sana sini, mobil harus menepi dan berhenti dulu setiap berpapasan dengan mobil lain dari arah berlawanan.
Dari tempat parkir, para pengunjung masih mendaki tangga setapak yang diperkeras dengan semen untuk mencapai mulut gua.
Di sepanjang tangga itu berjejer anak-anak tanggung menyambut sambil berteriak, "Senter, Om! Senter, Om!" Rupanya, mereka menyewakan senter.
Benda bersinar ini akan sangat berguna di dalam gua. Ongkos sewa senter tergantung kesepakatan.
Fantastis! Itu komentar yang muncul begitu memasuki Gua Gong. Hampir tidak bisa dipercaya, perut bumi tandus yang terbungkus hutan jati dan kebun singkong ini menyimpan pemandangan yang begitu indah.
Dengan luas ruangan ± 500 m2, dan jarak lantai tanah ke langit-langit ± 70 m, gua ini ibarat dunia maya yang tersembunyi di alam nyata.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR