Ayah Mien yang belum tahu Soedarpo menanyakannya kepada Bung Karno. Jawabnya, "Oh, saya kenal Soedarpo. Ia asisten Perdana Menteri Sjahrir. Saya menggaransinya."
Penuh wibawa namun sopan
Penyanyi dan pencipta lagu Titiek Puspa (64) pun melihat betapa Bung- Karno bisa menempatkan diri saat berhadapan dengan orang yang baru dikenal.
Ketika itu tahun 1959, tak lama setelah Titiek hijrah ke Jakarta dari Semarang. Sebagai peraih gelar Bintang Radio, ia diundang untuk menyanyi di Istana Merdeka.
Bung Karno mengampirinya dan bilang, "Oh, ini to yang namanya Titiek Puspa," sambil mengulurkan tangan.
Penuh wibawa tapi amat sopan. Titiek merasa tenang, tidak minder, apalagi takut.
Sejak itu Titiek menjadi penyanyi istana bersama penyanyi dan pemusik lain seperti Nien dan Jack Lesmana, Fetty Fatimah, Mus Mualim, dll.
Mereka dijuluki "Lensoist" karena setiap saat mengiringi para undangan menari lenso.
Dalam masa Bung Karno membenci musik Barat yang diistilahkannya "Ngak-ngikngok", Titiek menyanyikan lagu ciptaannya, Marilah Kemari, yang berirama cepat.
Bung Karno langsung menghardik, "Eit, siapa yang meminta lagu itu?! Ayo ganti lagu, kita berlenso saja!" Titiek yang ketakutan, belakangan lega karena yang dimarahi bukan dirinya, melainkan orang yang meminta dia melagukannya.
"Tapi marahnya tidak berpanjang- panjang. Malah menurut saya Bung Karno tidak marah, kok. Cuma gusar," kenang Titiek.
Di situlah Titiek Puspa tahu, Bung Karno orang yang sangat imbang, bijak, sekaligus penuh penghargaan.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR