Sayang, janin itu meninggal sebelum dilahirkan. Leintje yang terpukul, menceritakan peristiwa itu kepada Bung Karno, sekaligus mengutarakan keinginannya untuk mengambil alih nama Rima, di'kombinasi dengan "Melati".
"Bung Karno bilang, That's a good name. Sejak saat itu beliau selalu memanggil saya Rima Melati. Kepada setiap orang beliau memperkenalkan saya sebagai Rima Melati."
Bisa mencitrakan diri
Hubungan yang cukup dekat tidak lantas berubah karena Rima merasa, Bung Karno sangat piawai menempatkan diri. Sekaligus mencitrakan diri.
“Kami bagaikan Bapak dan anak, dan menurut saya karena beliau memang membuatnya seperti itu. Mungkin dengan wanita lain beliau mencitrakan diri berbeda sehingga akibatnya berbeda, saya tidak tahu,” kata rima.
Rima tahu, belakangan ada temannya yang menjadi kekasih Bung Karno, namun ia tidak peduli. “Dan rasa hormat saya kepada Bung Karno tidak berubah.”
Satu hal yang membuat Rima kecewa adalah ketika ia telah capek-capek berlatih mengibarkan bendera pusaka untuk upacara 17 Agustus di istana, pada saat-saat terakhir ia tersisihkan, diganti gadis lain yang belakangan santer dikabarkan sebagai kekasih Bung Karno.
Rima Melati, yang ketika di bangku SD Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) satu kelas dengan Abdurrahman Wahid, menambahkan kekagumannya pada Bung Karno karena rasa kemanusiaannya.
Ceritanya, suatu ketika ia diajak sahabatnya, Fifi Maukar, mengunjungi kakak Fifi di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang.
Si kakak, Letnan Udara II, Daniel Alexander Maukar, dijatuhi hukuman mati oleh Mahkamah Angkatan Udara gara-gara pada 9 Maret 1960, dengan pesawat Mig-17, memberondong Istana Merdeka, Istana Bogor, serta kompleks kilang minyak Tanjungpriok.
Dari beberapa kali kunjungan, Rima jatub hati kepada Daniel. la tergerak untuk memohonkan keringanan hukuman kepada Kepala Negara, selagi ia punya kemudahan untuk bertemu.
Kepada Bung Karno Rima mengutarakan maksudnya, dan dijawab dengan pertanyaan, "Apakah dia menyesal?"
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR