Adas pulasari merupakan jenis tanaman yang mengandung senyawa anethol dan kumarin.. Kedua senyawa alkaloid itu digunakan untuk memperbaiki rasa dan pewangi oleh industri obat, jamu, bumbu,tapal gigi, dll.
Sedangkan senyawa kumarin berkhasiat sebagai obat sariawan, penguat lambung, dan kejang lambung (K. Heyne, 1987).
Secara kemoterapi, penggunaan obat vinblastine berpengaruh terhadap penurunan sel darah putih (leucoenia) dengan tingkat yang bervariasi dan kembali normal dalam waktu 1 - 2 minggu setelah pemakaian obat dihentikan.
Pengaruh terhadap darah merah dan platelet sangat kecil. Untuk itu, dalam kondisi tubuh normal harus hati-hati dengan dosis tertentu.
Efek sampingan keracunan vinblastine adalah penekanan jumlah sel darah putih dalam darah yang diproduksi sumsum tulang.
Bila terjadi keracunan saraf agar dibatasi pemakaian obat vincnstine. Tetapi setelah pemakaian obat vindesine, keracunan saraf dan penekanan sumsum tidak sekeras jika dibandingkan dengan pemakaian kedua obat vincristin dan vinblastirie.
Jika keempat bahan obat tadi digunakan, pengaruhnya kepada berkurangnya daya pembeku darah (thrombocytopaenia) dan terjadi kebotakan (alopecia).
Untuk lebih amannya, penggunaan obat-obat tadi perlu dikonsultasikan dengan dokter.
Produk komersial dari vinblastine dan vincristine dalam perdagangan obat dikenal dengan nama vincaleukoblastine sulfate (vinblastine sulfate, VLB, Velban) dan leurocristine sulfate (vincristine sulfate, VCR, Oncovin).
Seperti jamur maitake, daun tangguh, dan teh hijau yang sudah dijual dalam bentuk kaplet, tanaman tapak dara pun sudah menjadi bahan baku obat komersial.
Salah satu perusahaan Amerika yang aktif dengan mengembangkan produk-produk yang berasal dari tumbuhan bekerja sama dengan Ely Lilly memproduksi senyawa antikanker vinblastine dan vincristine.
Obat ini bisa dipakai untuk mengobati leukemia.
Dalam Biodiversity Prospecting in Indonesia yang dilaporkari Supriatna dan M. Guevin (1997), perusahaan Amerika itu mendatangkan bahan bakunya dari Madagaskar.
Ada pun hasil perdagangan kedua senyawa tadi bernilai lebih dari AS$100 juta.
(Drs. Samiran, Laboratorium Fitokimia Balitbang-Botahi (Herbarium) LIPI Bogor, seperti dimuat di Majalah Intisari edisi Januari 2001)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR