Tidak usah seluruh lahan diburaholkan (atau dikepalkan), tetapi daerah pinggirannya saja, sebagai tanda batas. Atau tepi jalan yang dibangun di lahan itu, sebagai peneduh.
Bagian lain masih dapat dimanfaatkan untuk tanaman lain yang nilai jualnya tinggi, seperti jeruk, durian, atau mangga.
Kendala utama yang menghalangi ajakan melestarikan pohon ini ialah lamanya ia mulai berbuah. Karena dibiakkan dengan biji, ia baru dapat berbuah pada umur 6 - 8 tahun.
Beda sekali dengan pohon yang dapat dibiakkan secara vegetatif, seperti okulasi jeruk misalnya, atau tempelan mangga.
Rata-rata 4 - 5 tahun tanaman itu sudah bisa berbuah. Sayang, sampai sekarang belum ada yang berhasil menemukan teknik pembiakan kepel dengan okulasi.
Ini juga bahan studi yang bagus bagi para calon sarjana pertanian strata dua. Sekali ditemukan teknik okulasi yang berhasil bagi pohon kepel, kendala yang sebelumnya menurunkan semangat menanam pasti lenyap.
Bibit kepel asal biji untuk dikembangkan di pelbagai lahan itu dapat diperoleh antara lain dari: (1) Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian, Bener, Purworejo 54183; (2) Kebun Pembibitan dr. Mambodiyanto, Pabuaran, Baturaden, Purwokerto 53151; (3) Kebun Buah Mekarsari, Cileungsi, Bogor 16820.
Melestarikan Pohon Kepel
Sampai sekarang penangkaran bibit pohon kepel hanya dapat dilakukan dengan biji. Usaha penangkaran dengan setek, tempelan, dan okulasi masih belum berhasil.
Belum diketahui apa penyebabnya, sehingga belum ditemukan cara mengatasinya.
Biji untuk itu harus diambil dari buah-yang benar-benar sudah masak. Yaitu buah yang sudah jatuh sendiri di tanah.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR