Namun pasukan penolong yang paling diandalkan oleh PBB adalah tentara AS. Ketika itu, pangkalan pasukan AS yang berada paling dekat dengan posisi Korsel adalah US X Corps yang bermarkas di Yokohama, Jepang.
Pasukan yang berada di Jepang sejak PD II berakhir itu dipimpin oleh panglima yang sangat berpengalaman, Jenderal Douglas MacArthur.
Meskipun dikenal sebagai jenderal yang berpengalaman dan mempunyai pasukan yang cukup besar, ketika diperintahkan untuk terjun ke medan perang Korea, Jenderal MacArthur harus berpikir keras.
Selama bertugas di Jepang, MacArthur memang memiliki pasukan yang cukup besar tapi kurang terlatih karena selama di Jepang personel US X Coprs tidak menjalankan misi tempur melainkan melaksanakan tugas-tugas yang bersifat pengamanan.
Tapi MacArthur tak punya pilihan lain kecuali segera melancarkan serbuan ke Korea untuk membebaskan pasukan yang terdesak di Pusan Perimeter lewat pendaratan di Pantai Inchon.
(Baca juga: Gara-gara Donald Trump Perang Korea yang Terlupakan Jadi Diingat Banyak Orang)
Taktik serbuan amfibi itu sebenarnya ditentang oleh Pentagon karena dikhawatirkan akan menimbulkan korban yang besar.
Tapi MacArthur tetap memilih serbuan lewat laut yang sekaligus merupakan strategi tempur yang sangat riskan karena ribuan pasukan harus mendarat di garis belakang musuh.
Setelah mengumpulkan kekuatan yang terdiri dari 70.000 personel marinir (1st Marine Division) dan infantri (7th Infantry Division) serta ditambah oleh sekitar 8.600 pasukan Korsel, serbuan ke Incheon pun digelar.
Operasi pendaratan pasukan AS dan sekutunya di Incheon dipimpin oleh komandan kepercayaan MacArthur, Mayor Jenderal Hobart R Gay.
Pantai Incheon, khususnya kawasan Walmi Do yang hanya dipertahankan oleh pasukan Korut dengan persenjataan ringan bisa dengan mudah disapu bersih oleh bombardemen meriam kapal perang dan bom yang dijatuhkan dari pesawat tempur. P
endaratan amfibi pasukan MacArthur di Walmi Do pun berlangsung sukses dan disusul gerak maju pasukan darat yang didukung tank-tank ringan menuju ke Seoul dan Pusan .
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR