Intisari-Online.com -Korea Utara baru saja melakukan uji coba peluncuran rudal jelajah Hwasong-14.
Dan sesuai sesuai perhitungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson, rudal tersebut bisa mencapai daratan AS. Militer AS pun mulai melakukan tindakan nyata.
(Baca juga:Uji Coba Rudal Tunjukkan bahwa Korut Sangat Ingin Berperang, tapi AS Justru Ingin Berbisnis)
Sepanjang Jumat (7/7) pesawat pengebom nuklir AS, B-1 Lancer yang sedang latihan terbang bersama jet tempur Korsel dan Jepang, sengaja terbang di atas perbatasan Korsel-Korut dengan manuver seolah mau melepaskan serangan bom.
Pesawat pengebom USAF yang bisa membawa 24 unit bom nuklir dan berpangkalan di Guam itu terbang bergentayangan di atas garis demarkasi 38th Parallel selama berjam-jam demi "manakut-nakuti Korut".
Presiden AS Donald Trump yang makin geram atas sikap keras kepala Korut karena terus melakukan uji coba peluncuran rudal pembawa bom nuklir yang makin canggih, sudah menyatakan tidak akan memberlakukan politik kesabaran lagi dan siap melakukan "sejumlah tindakan militer".
Korut yang selama ini ternyata tidak takut atas ancaman serangan militer dari AS, tampaknya terus akan melakukan uji coba penembakan rudal jarak jauh, meskipun uji coba itu oleh AS dianggap sebagai tantangan.
AS memang telah meminta bantuan kepada China untuk mengendalikan pemimpin Korut agar menghentikan program pengayaan nuklirnya.
Tapi pemerintah China ternyata gagal mempengaruhi pemimpin Korut, Kim Jong Un.
Pasalnya menurut Kim, Korut memang butuh senjata nuklir untuk mempertahankan kedaulatan negaranya.
Namun permintaan AS kepada China sebenarnya cukup janggal karena kekuatan tempur laut kedua negara saat ini justru sedang berhadap-hadapan di Laut China Selatan.
(Baca juga:Siap Hadapi Gempuran AS ke Korea Utara, China Kerahkan 150 Ribu Pasukan ke Perbatasan)
Dengan fakta bahwa AS dan China sesungguhya berseteru, maka nyali AS untuk melakukan serangan militer ke Korut memang menjadi kendor.
Pasalnya jika terjadi perang antara Korut melawan AS dan sekutunya, bisa-bisa militer China ikut turun dan membantu Korut.