Sedang anak-anak mati karena bom yang jatuh di atas rumah mereka, atau terjebak dalam tembak-menembak.
Berikut ini adalah temuan dari perbandingan yang mereka buat.
1. Konflik kekerasan di Afrika lebih berbahaya bagi anak-anak daripada untuk pejuang
Jumlah anak-anak yang meninggal akibat konflik dari tahun 1995 hingga 2015 sebesar 3 juta kematian.
Baca Juga: 21 Tahun Kematian Putri Diana: Sang Putri yang Tak Pernah Benar-benar Bisa Mencintai Dodi
Jumlah itu lebih dari tiga kali lipat dari pejuang atau orang dewasa yang terbunuh secara langsung dalam konflik.
Studi Global Burden of Disease memperkirakan bahwa konflik menyumbang kurang dari 0,4 persen kematian anak di Afrika.
Tetapi faktor dalam efek tidak langsung akan secara signifikan meningkatkan angka ini.
2. Setelah konflik berakhir, efeknya masih berlangsung lama
Bayi yang lahir 30 mil dari konflik bersenjata kemungkinan meninggal hampir 8 persen di tahun pertama kelahiran mereka daripada bayi yang lahir di wilayah yang sama selama bertahun-tahun ketika tidak ada konflik.
Dalam kasus konflik tinggi yang membuat lebih dari 1.000 orang terbunuh, peluang bayi meninggal lebih dari 27 persen.
3. Masih banyak hal yang tidak diketahui
Dari 3 juta anak yang meninggal karena konflik, peneliti tidak bisa mengatakan berapa yang meninggal karena kelaparan, diare dan terjangkit campak.
Di daerah-daerah konflik, ada tingkat daerah kekurangan gizi yang lebih tinggi di antara anak-anak dan lebih banyak ibu yang melahirkan di luar klinik kesehatan.
Tetapi statistik yang tersedia tentang kematian anak sering tidak diperhitungkan secara detail untuk mencapai penelitian yang akurat.
Baca Juga: Curhatan Via Vallen dan Salah Kaprah Seputar Keperawanan yang Masih Saja Dipercaya
Source | : | Npr.org |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR