Tak hanya di lapangan, dia juga membuat ancaman di atas atap sekolah. Banyak orang mengabaikan hal itu, meski ada juga kelompok yang malah memprovokasinya dengan mengatakan bahwa Andy tidak mungkin berani melakukan serangan tersebut.
Sabtu malam, dua hari sebelum penembakan, Andy berkumpul di apartemen Josh bersama teman-temannya. Sejak sore, Andy terlihat lebih diam dibanding hari-hari biasanya. Dia memilih untuk sedikit menjauh ke pojokan ketimbang bergumul dengan kawan-kawan yang mengitari kobaran api unggun yang sengaja dibuat.
Andi seolah asyik dengan kebisuannya. Tapi tiba-tiba ia bicara. “Saya akan melakukannya besok pagi-pagi sekali ketika jam masuk sekolah,” katanya tegas. Seluruh ruangan sontak terdiam.
Hanya butuh 6 menit
Senin pagi, 5 Maret 2001, Andy menyempatkan diri untuk mengisap ganja bersama teman-teman kompleksnya. Mungkin saja ini upaya Andy untuk tidak gugup saat melakukan aksinya nanti.
Sebelum sampai di sekolah, Andy, bersama Shaun Turk, John Fields, Mike Wolfe menyempatkan diri untuk mampir di sebuah rumah makan cepat saji.
“Sekitar pukul 09.06, saya berangkat duluan,” ujar Andy kepada ketiga temannya. Tentu saja ini mengagetkan, karena biasanya mereka menemani Andy sarapan paling cepat sampai pukul 09.15.
Andy melangkah ke gerbang sekolah dengan begitu yakin. Tak ada keraguan dalam dirinya, tak ada tanda-tanda yang menunjukkan dia adalah korban bullying.
Ia berjalan melewati sekelompok kawan yang beberapa hari terakhir kerap menggeledah tubuh Andy, khawatir Andy tidak main-main dengan ucapannya tempo hari.
Diperiksa dari atas sampai bawah tubuhnya, Andy lolos. Sayang, penggeledahan tidak sampai ke dalam tasnya. Karena di situlah terdapat sebuah revolver Arminius berkaliber 22. Juga satu kotak amunisi berisi 40 peluru yang diambil Andy dari laci ayahnya.
Andy berjalan santai menuju arah tembok pembatas lapangan, lalu berbelok ke lorong toilet pria. Sekitar pukul 09.20 sesampainya di toilet tersebut, Andy mulai memainkan lakonnya sebagai pembunuh berdarah dingin.
Tembakan pertama mengenai kepala Bryan Zukor, 14, lalu diteruskan menembak seorang murid yang lain Trevor Edward.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR