Intisari-Online.com -Minggu, 19 Agustus 1979, telepon di kantor sheriff wilayah Marin County, San Francisco, berdering. John Kane, dengan suara terbata-bata berbicara lewat telepon. “Edda, istri saya, belum pulang. Ia berangkat tadi pagi mendaki gunung dan berjanji akan pulang sebelum senja. Tapi sampai malam begini ia belum kembali.”
Edda Kane bukan pendaki pemula. Ia sudah ikut tim pendaki untuk daerah Gunung Tamalpais, sejak lima tahun sebelum ia dinyatakan hilang. Perempuan 44 tahun itu memang pencinta alam berat. Naik pagi turun sore untuk menghilangkan kepenatan sehabis bekerja bukanlah hal yang luar biasa. Itu adalah kegiatan rutin akhir minggunya.
Penduduk Mill Valley, yang jaraknya hanya 2 km dari San Francisco, ini bekerja di sebuah bank. Sementara sang suami, John Kane, bekerja sebagai sales peralatan olahraga. Mill Valley sendiri adalah sebuah kota kecil yang nyaman dan tenang, diapit oleh dua buah sungai, Old Mill Creek dan Orroyo Conte Madera del Presidio. Kota ini masuk dalam wilayah Marin County, San Francisco, ini memang tempat yang cocok beristirahat akhir pekan.
Sedikit berjalan saja, sekitar 2 mil, orang akan sampai di kaki Mount Tamalpais, gunung tinggi yang dijuluki The Sleeping Lady. Rich Keaton, petugas jaga di kantor sheriff, pergi melakukan pengecekan ke lokasi yang dilaporkan John.
Mobil Edda, sebuah VW kodok, terlihat di lapangan parkir Mountain Home Inn. Sementara anjing pelacak tidak dapat membawa para pencari menemukan Edda karena hari amat gelap. Keesokan paginya, begitu matahari bersinar, para petugas pencari beraksi dibantu anjing pelaca. Edda ditemukan sudah tak bernyawa!
Posisinya seperti bersimpuh dengan wajah menelungkup ke tanah. Ia seolah-olah tengah memohon kepada seseorang sebelum peluru dari senjata kaliber .44, Bulldog, dimuntahkan untuk menghabisi jiwanya. Semua perlengkapan hiking-nya tercecer di tempat lain, jauh dari tubuhnya yang ditemukan tanpa busana.
Korban berjatuhan
Inilah pembunuhan pertama di tempat setenteram Mill Valley. Kota kecil itu gempar. "Buat saya, peristiwa ini sungguh menyedihkan. Orang tidak lagi bisa menikmati pendakian. Tak ada ketenteraman ketika tengah menikmati alam," keluh seorang ranger, Bob Walker.
Dari keterangan para pendaki yang melakukan perjalan di sekitar Minggu naas itu didapat keterangan tentang seorang pemuda bergaya aneh dengan rambut pirang. Yang berwajib lalu membuat sketsa pemuda yang dicurigai tersebut.
Selain pemuda itu, sheriff juga curiga terhadap John Kane (60). Rich Keaton sempat mengawasi John selama beberapa lama. Namun, kecurigaan itu pun akhirnya gugur, setelah muncul alibi John yang kuat. Pada hari Edda dibunuh, ia terserang artritis dan hanya diam di rumah, menanti Edda. Sementara kehidupan John pun bersih dari penyelewengan, begitu pula Edda.
Kasus pembunuhan Edda Kane yang penuh misteri belum tuntas, ketika polisi mendapat laporan tentang ditusuknya Mary Frances Bennett yang sedang joging pada hari Minggu, 21 Oktober 1979.
Tubuhnya yang penuh luka tikaman ditemukan tersuruk di sekitar Lincoln Park, San Francisco. Dua pembunuhan di atas, yang kebetulan korbannya wanita, membuat orang-orang sekitar San Francisco ketakutan. Mill Valley pun jadi sepi dari acara pendakian. Tapi buat Barbara Schwartz (23) rasa ketakutan itu sedikit demi sedikit terkikis setelah tahun 1979 dilewati.
Sabtu, 8 Maret 1980, Barbara Schwartz mulai mendaki Sleeping Lady, la sempat berkenalan dengan Pat dan Peter. Mereka bertiga naik bersama sampai pertengahan perjalanan. Setelah beristirahat, Pat dan Peter meneruskan perjalanan, sementara Barbara masih ingin duduk di bawah kerindangan pohon.
Saat itu sekitar pukul 17.30. Jan Christie, seorang pendaki lainnya, berjalan mendekati tempat Barbara. Cahaya matahari yang samar-samar lewat celah-celah pepohonan yang tinggi membentuk siluet tubuh Barbara yang seperti menari. Rambut wanita cantik itu seperti berayun, sementara seorang pria berhidung seperti elang berada di hadapannya.
Jan Christie mengira lelaki itu teman Barbara, tetapi begitu ia semakin dekat, tampak sinar matahari menimpa benda logam berkilat. Mata pisau! Pria itu berkali-kali menikam Barbara. Sementara tangan Barbara berusaha menahan serangan pria berambut licin tersisir ke belakang itu.
Akibat teriakan Jan Christie, pria itu lari meninggalkan Barbara yang langsung rebah ke tanah. Serta merta Jan Christie turun mencari pertolongan. Dalam sekejap jalur pendakian gunung penuh polisi dan dokter. Namun, Barbara tak tertolong lagi. Bagian dada dan lehernya memperlihatkan bekas tikaman berkali-kali. Sebuah kacamata bifokus ditemukan di samping tubuh Barbara. Senjata yang dipakai menikamnya diperkirakan sebuah pisau yang panjangnya 10 inci dengan lebar 1 inci.
Pisau yang mematikan itu ditemukan pada tanggal 11 Maret 1980 oleh dua anak sekolah menengah di Matt Davis, jalur hiking paling rendah di sekitar Mount Tamalpais. Berdasarkan keterangan Jan Christie, dibuat sketsa seseorang dengan ciri berusia antara 25 - 40 tahun, tinggi 5 kaki 10 inci, berat 77 kg, kelihatan ramping, berwajah bersih, berambut hitam bergaya modern dengan sisiran ke belakang. Hidungnya bengkok, mengenakan celana warna gelap dengan jaket kotak-kotak gelap.
Sementara sheriff Mill Valley, Al Howenstein, yang dibantu Detektif Rich Keaton dan Kapten Robert Gaddini masih direpotkan dengan kematian tiga orang wanita ini, di West Point Inn, areal yang masuk Mount Tamalpais, telah ditemukan lagi mayat Anne Elderson (26). Gadis cantik berambut pirang ini dilaporkan tidak pulang ke rumah sesuai janjinya pada orangtuanya pada Columbus Day tanggal 13 Oktober 1980.
Anne Elderson mati dengan luka tembakan di kepala, dengan posisi berlutut seperti posisi Edda Kane. Pakaiannya seperti habis dibuka. Pada celana dalamnya ditemukan bercak sperma.
Howenstein yakin, Trailside Killer beraksi lagi. Dari laboratorium kriminal di Santa Rosa, Dr. Richard Waller bersama Dr. Jindrich memeriksa semua temuan di tubuh korban. Sperma yang melekat di pakaian dalam Anne dideteksi, tipe sperma si pembunuh adalah tipa A dengan rumus PGM 1+1-. Sementara senjata yang digunakan adalah senjata kaliber .38, buatan Winchester. Kematian Anne akibat tembakan dari belakang pada kepalanya.
Howenstein mengamati kematian wanita-wanita di atas selalu terjadi pada hari libur. Edda Kane pada hari Minggu, Mary Frances hari Minggu juga, Barbara Schwartz hari Sabtu, sementara Anne pada Columbus Day. Bisa ditarik kesimpulan bahwa si pembunuhnya adalah seorang pekerja. La melakukan aksinya pada saat libur. Selain itu, posisi para korban selalu berlutut, seolah-olah si pelaku memaksa korban melakukan suatu ritual tertentu.
Belum lagi polisi Marin County rampung menyelesaikan perkara Anne Elderson, masuk laporan dari June Berry, teman keluarga McDermand, yang menyatakan selama beberapa hari ia tak mendapat telepon dari Helen McDermand. la ingin polisi mengecek keadaan nenek tua berusia 75 tahun itu.
Mantan napi sakit jiwa
Tanggal 16 Oktober, pukul 21.10, Deputi Miklos dan Cooper mendatangi rumah Helen McDermand. Mobil Helen ada di garasi, sementara ruang dalam gelap gulita. Kedua orang itu membongkar paksa kunci dan masuk ke dalam rumah. Dengan lampu sentar, mereka memeriksa isi rumah. Ketika masuk ke dapur, tercium bau makanan basi dengan piring kotor bertumpuk. Ketika hendak melongok ke sebuah kamar, pintu sulit dibuka. Setelah didobrak paksa, terlihat sesosok tubuh lelaki terkapar di lantai dekat pintu dengan lima luka tembakan, satu di telinga kanan, empat melubangi belakang kepala.
Cooper memperkirakan paling tidak ia sudah jadi mayat 12 jam yang lalu. Miklos dan Cooper dengan mengendap-endap membuka kamar yang lain. Di atas ranjang terbaring tubuh renta seorang perempuan tua bermuka pucat. la tampaknya ditembak selagi tidur. Namun, di atas selimutnya ada secarik kertas yang berbunyi: "Hei otak udang, kalau kamu sedang membaca ini, kamu sudah terlambat! Tangkaplah saya lewat surat kabar atau majalah! Mr. Hate."
Yang tinggal di rumah itu adalah Helen McDermand (75), dengan dua anaknya Edwin (44) dan Mark (34). Jasad yang ditemukan adalah jasad Helen dan Edwin. Lalu, ke mana Mark? Rumah itu nampaknya sudah ditinggalkan selama beberapa hari.
Polisi pun melacak Mark McDermand, pegawai sebuah restoran di sekitar Mill Valley, Denny Restoran. Menurut Larry Norris, asisten manajer restoran, Mark minta dibayar lebih dulu pada hari Kamis, 16 Oktober 1980. La minta 100 dolar AS. Katanya, ia akan ke luar kota. Hal itu melanggar aturan perusahaan. la hanya diberi 50 dolar AS.
Selain itu dari keterangan para tetangga, didapat informasi bahwa mereka mendengar bunyi tembakan pada Senin tengah malam tanggal 13 Oktober 1980, hari yang sama dengan saat Anne Elderson hilang. Mula-mula sebuah tembakan, lalu sunyi. Kemudian sebuah tembakan lagi, setelah itu terdengar lima tembakan tanpa henti. Pada hari itu Mark pulang dari restoran pukul 01.45.
Dari pemeriksaan kedua mayat, didapat data bahwa mereka dibunuh dengan senjata semi otomatis kaliber .22 dan ditembak dari jarak dekat. Catatan polisi memuat nama Mark McDermand yang masuk penjara pada tahun 1961, saat ia berusia 15 tahun, karena mengancam dua pemuda dengan senjata.
Di penjara ternyata ia diperkosa oleh narapidana lain, sehingga merasa trauma. Marlon Irving, teman lamanya, berpendapat, Mark sebenarnya orang yang toleran dan baik. Namun, rasa marahnya sudah tak terkendali ketika dua orang temannya menghina dirinya. Selain itu, sejak usia 7 tahun Mark diketahui menderita kelainan ensefalitis dan sering terkena blackout.
Sejak ia masuk penjara mentalnya amat terganggu. la pernah mencoba bunuh diri sekeluarnya dari penjara pada usia 19 tahun (Januari 1965), kemudian 1969, dan 1972. la juga keluar-masuk rumah sakit perawatan jiwa. Ia dirawat oleh psikiater, Dr. Cress.
Bicara soal perawatan jiwa, ternyata dua anak lelaki keluarga McDermand sejak tahun 1959 bergantian keluar-masuk rumah perawatan jiwa. Mark dirawat sampai 6 kali, dan pada tahun 1970 Edwin dan Mark malah masuk bersama-sama di Mendocino State Hospital. Edwin didiagnosis menderita skizofrenia kronis, bahkan kemudian menjadi gila. Helen sering menengok mereka berdua di tempat perawatan.
Namun menurut William Simmons, psikiater dan pekerja sosial pada Mendocino State Hospital, Helen terlalu memberi perhatian terhadap Edwin. Wanita ini cenderung skizofregenik, yakni individu yang lewat kata-kata atau sugestinya dapat membuat orang lain menderita gejala skizofrenia seperti halusinasi, ketergantungan, ritual, kepercayaan yangsalah, dan khayalan.
Helen dan kedua anaknya terus hidup serumah, setelah suaminya meninggal pada tahun 1966. Rumah mereka yang kecil hanya mempunyai dua buah kamar. Sebuah untuk Helen, dan sebuah kamar yang lain untuk Edwin yang gila berat dan Mark. Dari teman-teman di tempat Mark bekerja diperoleh keterangan, Mark amat membenci kakaknya, Edwin. la merasa ibunya terlalu melindungi saudaranya itu dan ia pun merasa terganggu oleh penyakit Edwin.
Ketika Mark disarankan untuk pindah rumah oleh teman-temannya, ia merasa tak sanggup berpisah dengan keluarganya. Maka dari itu apabila merasa amat tertekan akibat situasi keluarganya, ia jadi tidak ramah terhadap teman kerjanya. Bahkan ia suka minum-minum sampai mabuk dan sering tak sadarkan diri.
Sejak Edwin dinyatakan sakit pada tahun 1968 - 1969, mulailah ada catatan kejahatan kecil yang dilakukan Mark, mulai dari pencurian mobil, uang, atau senjata. Foto Polaroid yang diambil tahun 1974 memperlihatkan seorang pemuda berambut pirang, dengan kacamata yang menutupi mata birunya!
Pengejaran terhadap Mark pun dimulai. Konon sebelum pergi pada tanggal 15 Oktober 1980, ia mampir ke apotek dekat Mill Valley dan berkata bahwa ia akan pindah ke Montana.
Selama tiga tahun belakangan ini, Mark sering berkorespondensi dengan Guy Wright dari San Francisco Examiner. Dalam suratnya tertanggal 19 Oktober 1980, ia merasa dituduh sebagai Trailside Killer. la membantah melakukan pembunuhan terhadap empat orang wanita di sekitar Mount Tamalpais. la memang sedang buron, dan tak segan-segan membunuh orang jika langkahnya terhadang. Namun, ia menyangkal melakukan pembunuhan terhadap empat wanita di atas. Mark pun diketahui mempunyai pistol kaliber .22 dan .38 buatan Smith & Wesson.
Surat-suratnya berdatangan dan ia tetap menyangkal sebagai Trailside Killer. Suratnya tertanggal 20 Oktober 1980 kepada Kapten Gaddini menjelaskan bahwa ia tidak terima dituduh sebagai pembunuh di Mount Tamalpais. la pun tak akan pernah mau masuk ke penjara. Gaddini meminta Mark untuk meneleponnya pada nomor 479-7233.
Pada sore hari masuk telepon ke kantor Gaddini, katanya Mark akan ada di Civic Center, San Rafael, dan akan membunuh atau bunuh diri. Namun, penelepon tidak memberitahukan namanya.
Polisi San Francisco langsung ke sana dan menangkap seorang pemuda. Namun, pemuda itu lebih tinggi 2 inci dan rambutnya berwarna lebih muda. Setelah diinterogasi, pemuda itu dilepaskan karena bukan Mark McDermand.
Tanggal 24 Oktober 1980, Steriff Howenstein, atas saran Dr. William Mathis, psikolog, membuat tulisan di San Francisco Examiner yang menyatakan bahwa kalau mau menyerahkan diri, ia akan diperlakukan dengan baik. Gaddini juga dibimbing oleh Dr. William Mathis dalam menghadapi telepon Mark. Usul itu mendapat tanggapan. Mark berkata, ia akan menyerahkan diri setelah urusannya beres. la minta waktu.
Pukul 15.00, tanggal 27 Oktober 1980, Mark masuk ke boks telepon umum dan menelepon Kapten Gaddini. la bercerita tentang senjata yang dimilikinya. Sebuah pistol kaliber .22 dan .38. la sekali lagi membantah menembak empat wanita di atas, tetapi mengakui membunuh Edwin dan ibunya, Helen. Sedangkan peluru yang tinggal sedikit di pistolnya dihabiskan untuk membunuh kucingnya yang sakit tumor. la mau menyerahkan diri, apabila tuduhan sebagai Trailside Killer dicabut.
Gaddini berjanji untuk tidak menghubung-hubungkan Mark dengan kematian empat wanita di atas. Maka pada pukul 16.00, 27 Oktober 1980, Mark menyerahkandiri. "Saya lelah pergi ke-sana-ke-mari, mulai Vallejo, Corte Maderan, Oakland, dan Richmond," katanya.
Sesuai dengan janji, Kapten Gaddini membuat pernyataan di depan pers, bahwa polisi belum dapat membuktikan hubungan Mark McDermand dengan pembunuhan empat wanita di Mount Tamalpais. Polisi masih mencari bukti-bukti lain. Meskipun begitu Mark tetap masuk penjara.
Sperma PGM 1+1-
Masyarakat yang yakin Trailside Killer sudah tertangkap merasa lega, biarpun Mark tidak langsung dikaitkan dengan pembunuh maniak itu. Namun belum sebulan Mark McDermand ditahan, dua gadis dikabarkan hilang ketika tengah melakukan pendakian ke Mount Tamalpais dari Semenanjung Point Reyes.
Tanggal 28 November 1980, Diane O'Connel dan Shauna May dilaporkan oleh teman-temannya hilang. Padahal sebelumnya mereka bersama-sama mendaki gunung dan saling berlomba untuk sampai di puncak. Tapi, begitu teman-teman merekasampai di puncak, Diane dan Shauna tak muncul-muncul.
Ditunggu sampai sore di bawah pun tak ada kabar. Pencarian dilakukan selama dua hari. Seluruh ranger alias polisi hutan dimintai bantuan. Reno Taini, salah seorang ranger, akhirnya melihat sesuatu berwarna putih mencuat dari belukar. Setelah didekati ternyata itu adalah dua pasang kaki yang memakai sepatu hiking putih. Dua sosok mayat telungkup di tanah. Mereka sulit dikenali karena telah membusuk. Yang tersisa adalah blus dan celana jins saja.
Ternyata dalam pencarian Diane O'Connell dan Shauna May ini tak disengaja ditemukan sepasang mayat lagi yang sudah tinggal sisa-sisa saja. Ternyata mereka adalah Rick Stower, pengawas pantai Two Rock Station di sebelah barat Petaluma, dan tunangannya, Cindy Moreland. Dua saksi mata melihat mereka terakhir kali di toko buku di Point Reyes pada tengah hari tanggal 11 Oktober 1980.
Autopsi yang dilakukan Dr. Waller dan Dr. Jindrich serta disaksikan oleh Ray Maynard dari kepolisian menerangkan bahwa keempatnya ditembak. Diana O'Connell ditembak dengan satu kali tembakan setelah mati, namun kematiannya akibat jerat di lehernya. Sementara Shauna May mati akibat ditembak dengan tiga peiuru. Stower mati dengan tembakan sebuah peluru di kepala. Demikian juga Cindy. Para dokter yakin bahwa peluru yang ditembakkan ke Diane O'Connell dan Shauna May sama dengan peluru yang ditembakkan ke Cindy Moreland. Senjata yang digunakan adalah kaliber .38.
Pada mayat Diane ditemukan sperma pelaku, sementara pada Shauna ditemukan sperma di vagina dan anusnya. Pada Cindy ditemukan sedikit sperma di pakaian dalamnya saja. Rumusnya PGM 1+1-, sama seperti yang ditemukan pada Anne.
Ditemukannya empat mayat sekaligus tentulah membuat pihak berwajib turun tangan semua. Semua aparat bersatu untuk memecahkan persoalan ini sampai ke FBI. Psikolog yang berpengalaman selama 38 tahun, R. William Mathis pun ikut serta meneliti kasus pembunuhan yang dimulai sejak Maret 1980.
la begitu shock akan kebrutalan si pembunuh. Berdasarkan pengamatan psikolog, si pembunuh mempunyai masalah dengan wanita. Buktinya, korbannya selalu wanita dan sebelum dibunuh, mereka selalu menjalani ritual seolah-olah si korban memohon agar si pembunuh membiarkan mereka hidup. William Mathis memperingatkan Sheriff Howenstein akan aksi si pembunuh yang pasti akan muncul lagi. Korbannya itu selalu dipilih dan sudah lama diamati. Tampaknya, pelaku mempunyai kelainan jiwa.
Atas dasar itu disebarluaskan peringatan untuk tidak mendaki gunung sendirian, apalagi bagi wanita. Jangan pernah memisahkan diri dari rombongan. Kantor Sheriff Howenstein pun membuka ruangan khusus untuk menampung informasi dari masyarakat yang melihat seseorang yang mencurigakan di sekitar tanggal-tanggal pembunuhan.
Banyak informasi yang masuk, namun kebanyakan membingungkan. Salah satu informasi itu mengatakan, seorang pria selalu berada di sekitar tempat kejadian. la berkacamata, bertopi bisbol, memakai jins, dan ransel biru.
Sheriff Marin County sampai berani menaikkan uang imbalan dari 25 ribu dolar AS menjadi 37 ribu dolar AS bagi siapa saja yang bisa memberikan informasi tentangsi pembunuh maniak. Sheriff dan aparat keamanan Marin County khususnya, begitu geram. Bagaimana mungkin tempat berlibur yang tenang bisa dijadikan tempat pembantaian. Padahal Mount Tamalpais yang cantik seperti putri berbaring itu sudah lama menjadi tempat rekreasi. Gunung2 itu melatarbelakangi Golden Gate. Jadi, jika melewati jembatan itu, orang akan begitu terpesona oleh paduan alam pegunungan dengan sungai yang mengalir di bawahnya.
Selain itu masyarakat pun resah. Mereka berdiskusi bagaimana mengatasi si pembunuh, bahkan sampai diadakan kursus bela diri. Orang-orang yang tadinya tidak suka kekerasan, kini tiba-tiba membawa senjata ke mana pun mereka pergi. Hal yang tidak mengenakkan juga adalah kenyataan bahwa orang-orang saling curiga. Siapa tahu si tetangga adalah si pembunuh maniak yang dicari.
Berbagai cara ditempuh untuk menjerat si pembunuh. Salah satunya dengan memuat imbauan di media massa, agar si pembunuh menyerahkan diri dan membuka kontak telepon.
Yang menarik perhatian adalah dua telepon yang masuk pada 4 Desember 1980, pukul 23.00 dan 23.24. Keduanya berasal dari suara yang sama. Suara seorang pria matang, tapi tampaknya dia seorang yang manja. Dia menyatakan dirinya sebagai si pembunuh. la tahu banyak tentang pembunuhan itu. la mengaku sebagai orang buruan yang dikejar-kejar untuk disuruh membunuh. "Suara itu selalu menghantui saya. Saya selalu bermimpi tentang korban-korban saya dan saya tak bisa tidur," katanya. La meminta bantuan untuk menghentikan tindakannya. Sayangnya, telepon diputuskan, ketika William Mathis datang.
Pria berjaket kuning
Misteri terus menyelimuti pembunuhan demi pembunuhan. Sheriff Howenstein diminta untuk turun, karena tak berhasil menguak misteri pembunuhan beruntun ini. Namun, sebuah peristiwa di hutan Santa Crusz terjadi pada tanggal 30 Maret 1981.
Ellen dan tunangannya Steve pergi ke Santa Crusz untuk berlibur. Mereka berangkat tanggal 29 dan bermalam di sana. Pada tanggal 30 Maret 1981, pasangan itu berjalan-jalan sambil membuka peta. Akhirnya, mereka memutuskan untuk mendaki Mount Tamalpais. Ellen yang suka hiking merasa jalur yang mereka pilih tidak terlalu berat. Tujuan mereka adalah sebuah tempat agak tinggi yang disebut Cathedral Grove, yang banyak ditumbuhi pohon tinggi dengan bentuk berkeliling seperti gereja gaya gotik.
Perjalanan dari bawah ke Cathedral Grove memakan waktu 2 jam. Pasangan itu tengah menikmati pemandangan unik dari pepohonan ketika kilatan emas menyilaukan mereka. Ternyata seorang pendaki tampak turun dari atas menuju tempat mereka. Karena jaket orang itu berwarna kuning emas, sinar matahari memantulkan warna kuning emasnya.
Pria itu makin dekat, sementara pasangan ini sudah berniat turun untuk pulang. Mereka berpapasan. Tiba-tiba pria tadi meraih jaketnya, dan sesuatu terjadi begitu cepat. "Saya ingin kalian berdua ikut ke semak-semak," katanya mengancam.
Tanpa bisa berbuat apa-apa keduanya mengikuti kemauan pria itu. Steve mencoba membuka pembicaraan dengan mengatakan mereka tak membawa uang banyak. "S-sssaya tidak perlu uang atau barang! Saya perlu yang lain! Kamu pasti sudah tahu keinginan saya!" katanya lagi.
Ellen panik. "Steve, jangan percaya kata-katanya! la pasti akan membunuh kita!" Namun, Steve mencoba mengulur waktu dan mencoba mengingat-ingat wajahnya. Matanya besar, alisnya melengkung, kulitnya putih, rambutnya hitam, agak berombak di belakang. Lubang hidungnya lebar. Bicaranya pendek-pendek dan agak gagap.
Steve disuruh membelakangi dirinya. Begitu Steve berbalik, ia mendengar dua tembakan dilepaskan. Setelah itu ia merasa terpukul sesuatu di lehernya. Semuanya pun gelap! Samar-samar ia masih mendengar langkah-langkah menjauh.
Steve perlahan-lahan mencoba bangun dan mencari suara langkah itu. Di kejauhan, pria berjaket kuning emas berjalan turun. Steve merasa kepalanya sakit, tapi ia ingat Ellen. Ellen menelungkup di sebelahnya. Ketika ia berusaha membangunkannya, darah mengalir dari kepalanya. "Ah, Ellen!" keluh Steve terpukul.
Rasa sakit dan panik, takut si pembunuh kembali lagi, membuat Steve menyeret tubuhnya untuk bangun. la mencoba mencari jalan turun. Di tengah jalan ia berpapasan dengan dua orang pendaki, Lee Fritz, dan anaknya, Ken. "Tolong, tolong, saya diserang orang. Ellen, kekasih saya ditembak!" katanya. la tak sadar darah mengalir dari lehernya. "Hati-hati, si pembunuh masih di sekitar sini!"
Lee dan anaknya turun mencari bantuan. Steve yang ditinggal sendirian berusaha turun lagi. Ia bertemu dengan tiga pendaki lainnya, Rearden, Morse, dan Maureen Thorpe. Steve langsung ditolong dibaringkan di atas meja perkemahan. Maureen Thorpe, salah seorang pendaki, untungnya seorang perawat.
Sementara Steve berbaring ditunggui Maureen, Rearden mencari bantuan untuk mengangkut Steve, sementara Morse naik ke atas untuk mengecek kondisi Ellen.
Ketika Morse sedang menuju tempat Ellen, seorang pria berjaket kuning mendekati tempat Steve berbaring. "Lady, lekas lari, pria itu yang menembak saya," kata Steve sambil mencoba bangun dan menyelamatkan diri.
Maureen lari dan berhasil menyusul Morse. Sementara Steve turun ke bawah di mana banyak orang berkumpul untuk mulai mendaki. Jeritan kaget terdengar ketika mereka melihatnya bersimbah darah. Steve dibawa ke rumah sakit dengan mobil sepasang suami-istri. Lee Fritz dan anaknya yang menstop mobil yang lewat. Ketika Lee hendak pulang, sebuah mobil van warna merah hampir melanggarnya. Pengemudinya pria berjaket kuning.
Lee Fritz curiga, "Mungkin dialah si pembunuh!" la pun memberi tahu polisi lewat telepon di lapangan parkir para pendaki. Banyak saksi yang kemudian memberikan masukan ke polisi. Steve memberikan gambaran detail tentang si penyerang. Begitu juga Lee Fritz dan anaknya, Morse dan Maureen Thorpe.
Polisi menyebarluaskan sketsanya sampai masuk telepon yang mengatakan, "Saya Roberta. Pria di sketsa ini adalah David Carpenter! la pernah hendak memperkosa anak saya! Dialah pria yang masuk penjara pada tahun 1960 di San Francisco karena melakukan penganiayaan.”
David Joseph Carpenter, memang bekas narapidana yang dipenjara tahun 1960 dan dibebaskan pada tahun 1969. La masuk penjara karena melakukan penganiayaan dan perkosaan terhadap Lois DeAndrade (32). Nona DeAndrade menderita memar di kepala karena dipukul kepalanya dengan palu.
Dari catatan pembebasannya diketahui adanya catatan tambahan saat ia menjalani masa percobaan menuju pembebasan: ia tak boleh berada dekat-dekat dengan wanita. Atas dasar konsultasi psikologi selama di tahanan, Carpenter mengaku, ia mempunyai keinginan besar dalam melakukan hubungan badan.
Namun, ia juga membenci wanita. Karena menurut dirinya, wanita itu sama dengan ibunya yang amat mendominasi dirinya! David Joseph Carpenter lalu ditangkap ketika sedang menuju tempat kerjanya. la mengenakan jaket kuning emasnya. Sementara barang bukti lainnya ditemukan di rumahnya, yang juga tempat tinggal kedua orangtuanya di Sussex Street 32. Dari penelusuran alibi, diketahui ia memang berada di sekitar tempat-tempat terjadinya pembunuhan.
Selain itu, pada saat Edda Kane ditembak, tetangganya melapor, bahwa senjata kaliber .44-nya hilang. Sementara senjata kaliber .22 dan .38 ditemukan di mobil van merahnya yang hampir menabrak Lee Fritz! "Jangan s-ssakiti saya! S-ssaya warga yang baik!" katanya tergagap. (Robert Graysmith)