"Kenapa enggak kamu aja? 'Kan sama aja?”
"Semakin banyak yang diwawancarai 'kan makin lengkap. Apalagi kamu 'kan baru saja pindah dari tempat lain. Mungkin pengalamanmu lebih lengkap."
Memasang perangkap
Dengan perasasan enggan, kedua pemuda tanggung itu menghampiri kedua polisi yang tetap berada di dalam mobil.
"Maaf, Dik, kalau kami mengagetkanmu. Kenalkan, saya Subandi dan ini Mas Santo," kata Subandi membuka percakapan.
Sama seperti skenario yang dikatakannya pada Chandra, kedua polisi ini pun mengaku sedang melakukan penelitian terhadap para joki. "Adik tidak keberatan 'kan jika kita ngobrol-ngobrol sebentar. Karena di pinggir jalan bising, apakah kami bisa ke rumah Adik saja?" tanya Santo.
Setelah yakin bahwa ketakutannya tidak beralasan, Bimo setuju untuk mengajak tamunya ke rumahnya yang sederhana.
"Lo, kok kamu balik lagi? Apa ada yang ketinggalan?" tanya seorang wanita setengah baya yang muncul dari dalam.
Setelah memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud kedatangan mereka, Subandi dan Santo mengatakan bahwa mereka juga tidak ingin merugikan Bimo. Mereka berjanji memberi uang sebagai kompensasi waktu Bimo yang terbuang karena mengobrol dengan mereka.
"Apa yang membuat kamu tertarik jadi joki?" tanya Subandi mulai melancarkan serangannya.
"Ya, untuk membayar uang sekolah dan menambah belanja ibu," kata Bimo tanpa ragu.
"Memangnya kamu sekolah di mana?" sambung Santo.
Penulis | : | Intisari Online |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR