Untuk semua itu tentunya perlu uang. Konrad tidak segan-segan meminjamnya dari mana saja, tidak peduli orang-orang di Berlin menggerendeng. Namun usaha-usahanya yang konstruktif itu meskipun nekat-nekatan, tidak mengakibatkan ia terguling dari kedudukannya.
Kedudukannya sebagai Walikota baru copot gara-gara menolak memasang bendera swastika seperti yang sudah diceritakan di atas. Sejak tahun 1933 sampai datangnya Sekutu Konrad bukan saja tidak pernah aktif memimpin rakyat Koln, melainkan sering keluar masuk penjara akibat macam-macam fitnahan.
Pemerintah Militer Ameriak mempercayakan kota Koln kembali segera Sekutu menduduki Jerman (Juni 1945). Tapi pada bulan Oktobernya, Koln dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan Inggris.
Tanpa alasan yang dapat dimengerti, Konrad dicopot lagi dengan catatan: tidak cukup punya energi. Diperkirakan alasan yang sebenarnya ialah atas dasar politik. Lebih pahit lagi ketika Konrad bekas Walikota Koln untuk kira-kira 25 tahun lamanya, ditolak memasuki kota Koln oleh petugas keamanan Inggris untuk menjenguk istrinya yang sedang dirawat di Rumah Sakit kota.
Ini sangat berakibat untuk hubungan Jerman – Inggris selanjutnya, ketika Konrad telah menjadi Kanselir RFD.
Sikapnya yang amat bersahabat dengan Perancis musuh buyutan dari Jerman, bukan didasarkan atas luapan emosi semata-mata. Memang pribadi Presiden De Gaulle tidak mengecewakan dia, tapi yang lebih penting ialah keyakinan Konrad sendiri.
Menurut Konrad, Jerman akan hancur kembali tanpa adanya ikatan dengan negara-negara Eropah lainnya (plus Amerika). Tidak seperti Hitler yang meng-Jerman-kan Eropah, Konrad justru meng”Eropoah”kan Jerman. Untuk ini poros “Bonn-Paris” adalah dasar yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Entah disengaja entah tidak, persahabatan kental dua negara ini menimbulkan rasa curiga pemimpin-pemimpin Inggris. Apalagi waktu De Gaulle tegas menolak Inggris untuk ikut dalam Pasaran Bersama Eropah.
Dikatakan Konrad sekongkol dan tidak berusaha meredakan suasana. Keadaan ini ditambah macam-macam persoalan seperti peristiwa heboh bocornya rahasia militer oleh harian “der Spiegel” peristiwa skandal menteri pertahanan Straus dll, menyebabkan goyahnya kepemimpinan Konrad.
Akhirnya, pada musim gugur di tahun 1963 Konrad “dipaksa” meninggalkan ke-Kanselirannya. Penggantinya adalah anggota separtainya yang sejak dulu tidak pernah disukainya, yaitu Dr. Erhard.
Memang untuk Konrad pengangkatan Erhard bukanlah hal yang menyejukkan hati, apalagi memang nampaknya ia belum rela benar meninggalkan kepemimpinannya. Mungkin untuk “menghibur”nya sebagai orang tertua di partai Konrad di”boleh”kan tetap menjadi Ketua partai.
The Grand Old Man atau “der Alte” demikian sebutannya yang terkenal melewati hari tuanya dengan tenang. Konrad menikah dua kali. Istrinya yang pertama, Emma Weyer, meninggal tahun 1916 dan meninggalkan dua putera dan seorang puteri.
Istrinya yang kedua, Auguste Zinsser, meninggal tahun 1948, meninggalkan dua putera dan dua puteri. Jumlah cucu Konrad seluruhnya 24 orang.
Sebagai hiburan di hari tuanya, Konrad sering mengunjungi Danau Como di Cadenabbia. Memang ia senang sekali daerah Italia Utara yang penuh danau-danau indah. Di sanalah ia menghibur dirinya main bola lempar (sejenis permainan) atau mendengarkan salah seorang puterinya membacakan kisah bersejarah.
Kakek Konrad ini senang musik, terutama yang digubah oleh Hayda. Selain itu Beethoven, Schubert, Mozart pun termasuk favoritnya. Asal jangan Bach, yang tidak disenanginya.
Sebagai “teman” ia senang minum anggur putih Jerman. Bunga mawar penuh menghiasi tamannya. Untuk menambah kesibukannya ia senang mengumpulkan lukisan-lukisan antik, terutama semenjak istrinya yang kedua meninggal.
Pada bulan-bulan terakhir hidupnya, ia sibuk dengan buku hariannya dan katanya amat meletihkan. Ia menambahkan, “Saya ingin menulis buku kenang-kenangan masa lampau saya ini, oleh saya sendiri. Tidak peduli baik atau buruk.”
Ia menulisnya di paviliun bundar khsusus di dalam taman mawarnya di Rhineland. (Intisari Juni 1967)
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR