Selain kerbau, di daratan Jawa pernah hidup bersamaan dengan manusia purba tersebut hewan-hewan semacam banteng, rusa, kijang, kancil, babi, badak, kuda sungai (kuda Nil sekarang), tapir, kambing, anjing, serigala, beruang, badak dan harimau.
Untuk binatang yang bertualang di pepohonan, monyet, lutung, wauwau, siamang dan mawas. Sedang hewan-hewan kecil, di antaranya tikus, landak, kelinci, tenggiling.
Mengenai gajah, agak memikat dikisahkan. Jika harimau purba tak berbeda bentuknya dengan harimau jaman sekarang.
Khusus tentang gajah, ada dua jenis hidup bersamaan, 2.000.000 tahun yang silam. Ada gajah biasa, seperti yang kita lihat sekarang, dikenal dengan nama Elephas.
Meskipun demikian, secara bersamaan hidup juga gajah purba dengan bangun tubuh lebih besar serta perbedaan-perbedaan lain, dikenal bernama Stegodon atau jenis lain bernama Archidiskodon.
Mungkin timbul pertanyaan, mengapa binatang purba musna selain terjadinya proses “pengkatean" (menjadi kate — kecil) ? Tumbuh dan kehidupan membutuhkan adaptasi lingkungan tertentu.
Ketika daratan masih cukup luas, gajah purba yang besar-besar bisa bergerak bebas mencari kehidupan.
Lingkungan iberganti, air laut naik, memecah, memisahkan daratan tersebut menjadi kepulauan yang lebih sempit, dengan segala macam konsekwensinya. Tubuh besar sulit hidup/mencari kehidupan dalam kondisi tersebut.
Terjadilah proses adaptasi lingkungan, tubuh meng-kate. Sampai akhirnya nanti, jika lingkungan masih memungkinkan, mereka sanggup bertahan. Tetapi seandainya kondisi lingkungan tak mungkin lagi, musnalah mereka ditelan jaman.
Pakaian, tak diperlukan
Disebut dengan nama Pithecanthropus, manusia purba yang pernah hidup di Jawa masih dibagi lagi dalam tiga jenis. Berturut-turut, Mojokertensis, Erectus dan Soloensis.
Hidup sekitar 2.000.000 tahun sebelum sekarang, sampai lenyapnya sekitar setengah juta tahun atau mungkin 200.000 tahun yang silam. Sedang “homo" (manusia biasa) sendiri, baru menampakkan diri muncul dikawasan Asia Tenggara, 40.000 tahun yang lalu.
Begitulah yang terjadi dengan manusia purba. Ada persoalan, apakah manusia purba tersebut mengenal pakaian?
Nampaknya tidak. Di daerah dingin utara, manusia purba di sana mungkin harus tinggal dalam gua-gua dan memakai pakaian dari kulit dan bulu binatang.
Tetapi di Indonesia, meskipun manusia purbanya hidup di daerah yang agak dingin sedikit dibandingkan keadaan sekarang, pakaian tak mereka perlukan. Matahari bersinar cukup nyaman dan kulit binatang menjemukan dipakai berburu.
Mungkin, andainya mengenal, sekedar penutup tubuh dari dedaunan. Sayang, bukti tentang ini tak cukup meyakinkan.
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 1974)
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR