Misi perdamaian yang sedang diemban Bernadotte akhirnya kandas di tengah jalan.
Pada September 1948, mobil yang ditumpanginya yang sedang melintas di kota Yerusalem diserang kelompok militan Yahudi.
Bernadotte pun gugur. Peran Bernadotte kemudian digantikan oleh diplomat asal AS bernama Ralph Bunce.
Kehadiran Bunce jelas untuk menghindari dirinya terbunuh seperti Bernadotte mengingat militan Israel tidak mungkin berani menyerang warga AS.
Tapi untuk urusan pembagian wilayah dan perang, orang Israel ternyata tidak mau menggubris usulan Bunce.
(Baca juga: Tidak Pernah Cek Kehamilannya, Wanita India Ini Melahirkan Bayi Kembar Siam yang Jantung dan Hatinya Menyatu)
(Baca juga: Misteri Kubah Batu Yerusalem: Sumur Jiwa, Pusat Dunia, dan Tempat Disimpannya Tabut Perjanjian)
Dengan gigih Bunce terus mendesak agar peperangan dihentikan selamanya tapi orang Israel menolak.
Maka pada Oktober di tahun yang sama, perang antara Israel dan negara-negara Arab pun berkobar kembali.
Dalam peperangan tersebut, pasukan Israel ternyata mampu mengungguli pasukan Mesir sehingga sebagai pasukan penyerang yang terpukul mundur, pasukan Mesir justru mulai berperang di wilayahnya sendiri.
Pemerintah Mesir jelas merasa malu karena posisi pasukan Israel saat itu sudah mulai menyiapkan diri untuk memasuki wilayah Mesir sementara tidak ada bantuan dari pasukan negara-negara Arab.
Yang datang membantu justru militer Inggris karena banyaknya kepentingan di Mesir.
Berkat ancaman intervensi Inggris, pasukan Israel pun membatalkan niatnya untuk memasuki wilayah Mesir.
Atas intervensi PBB, gencatan senjata pun kembali dilakukan.
Kendati tidak jadi memasuki wilayah Mesir yang menjadi simbol bahwa pasukan Israel telah memenangkan perang, pertempuran antara Israel dan negara-negara Arab yang pertama kali itu telah berhasil meningkatkan rasa percaya diri militer Israel.
Peperangan juga telah membuat lebih dari 800 ribu warga Arab Palestina mengungsi.
Lebih dari itu, sejumlah wilayah Palestina yang semula dihuni warga Arab kini berhasil dikuasai Israel.
Jumlah warga Arab Palestina yang memilih mengungsi dan ditampung negara-negara Arab itu lebih banyak dibandingkan jumlah total warga Yahudi yang saat itu menghuni Israel.
Peperangan yang berkobar di tahun 1948-1949 itu bahkan berhasil melahirkan Angkatan Perang bagi militer Israel yang makin terorganisir untuk menghadapi peperangan berikutnya bernama Israel Defence Force (IDF).
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR