Banyak penduduk yang terkena penyakit, seperti malaria, kolera (diare akut), dan tifoid (demam karena infeksi).
“Tempat tidur itu langka. Anak-anak biasanya tidur terjepit bersama orangtua mereka di ranjang yang dibangun untuk ayam.”
“Keluarga besa akan berkumpul mengelilingi sebuah meja kecil sehari sekali untuk berbagi roti sederhana dengan pasta atau kacang-kacangan.”
(Baca juga: Kreatif, Komunitas Remaja Italia Ini Gabungkan Sepeda dan Musik, Begini Hasilnya)
Tingkat kematian anak tinggi dan Luigi telah kehilangan salah satu dai lima saudara kandungnya. Sementara mereka yang bertahan tumbuh dengan kondisi buta aksara (ketidakmampuan untuk membaca dan menulis).
“Saya bekerja sejak usia enam tahun, pergi pagi-pagi untuk memotong gandung di ladang.”
Kondisi Matera mendapat perhatian internasional ketika penulis Carlo Levi diasingkan pada tahun 1935.
Dalam bukunya yang berjudul Christ Stopped at Eboli, yang terbit tahun 1945, Levi menggambarkan kengeriannya tentang tidak ada rumah, anak-anak telanjang, tubuh dipenuhi penyakit, dan masih banyak lagi.
“Saya tidak pernah melihat kemiskinan yang parah seperti ini,” ungkap Levi.
Melihat tulisan Levi, perdana menteri Italia saat itu, Alcide De Gasperi, mengunjungi Matera tahun 1950.
Setelah berkeliling, Gasperi langsung mendorong pemerintah mengambil langkah drastis untuk menyelamatkan warga di sana.
Uang dari pemerintah mengalir sangat banyak. Penduduk dibuatkan rumah, diberi makanan dan pakaian, serta diobati.
(Baca juga: Di Italia, Memasak Makanan Berbau Menyengat Dianggap Tindak Kriminal! Ada-ada Saja! )
“Untuk pertama kalinya kami melihat banyak air yang mengalir dari keran,” tutu Luigi.
Setelah terbengkalai selama bertahun-tahun, akhirnya Matera berhasil bangkit.
Bahkan kota ini menjadi salah satu tujuan wisata selain kota-kota besar dan indah lainnya di Italia.
Penulis | : | Mentari Desiani Pramudita |
Editor | : | Mentari Desiani Pramudita |
KOMENTAR