Saat itu Belanda sempat mewajibkan mahasiswa sekolah kedokteran STOVIA untuk berpakaian sesuai daerah asalnya. Akibatnya banyak tokoh pergerakan yang tidak memakai penutup kepala sebagai bentuk perlawanan terhadap bangsa Belanda yang ingin memecah belah persatuan mereka.
Dalam buku otobiografinya yang ditulis Cindy Adams, Soekarno mengakui bahwa pada awalnya ia malu dan takut ditertawakan. Namun ia berkata kepada
dirinya sendiri bahwa dirinya harus menjadi pemimpin, bukan pengikut. Jadi harus berani memulai sesuatu yang baru.
BACA JUGA: Misteri Janda Perawan Bung Karno
Karena itu ia memperkenalkan songkok yang disebutnya dipakai oleh pekerja-pekerja bangsa Melayu. "Dan itu asli kepunyaan rakyat kita," katanya di depan forum Jong Java. Soekarno kembali menegaskan pentingnya pemakaian lambang Indonesia Merdeka itu dalam rapat Partai NasionalIndonesia (PNI) pada 4 Juli 1927.
Usul itu akhirnya disetujui dan menjadi identitas resmi kader-kader PNI. Belakangan songkok itu lebih dikenal. sebagai "peci", yang menurut Soekarno berasal dari
bahasa Belanda pet (topi) dan ye yang artinya kecil. Rakyat lebih akrab menyebutnya sebagai peci Bung Karno.
Tapi menariknya, ada sebuah catatan, bahwa dalam pengasingan di Belanda tahun 1913, dr. Tjipto Mangunkusumo juga sempat terlihat mengenakan peci saat menghadiri rapat partai SDAP (Sociaal Democratische Arbeiders Partij).
Dalam forum'itu dr. Tjipto bicara. tentang semangat pergerakan nasional di Tanah Jawa, bersama Douwes Dekker dan Soerjadi Soerjaningrat. Popularitas Soekarno yang kemudian menjadi Presiden Pertama Rl, membuat peci juga memasyarakat di Indonesia.
Pemakaiannya sempat bertahan selama puluhan tahun, sebelum akhirnya semakin pudar. Kini peci hanya digunakan sebagai busana pada kegiatan resmi kenegaraan. (Bram)
BACA JUGA: Tjipto Mangunkusumo: Si Kromo Bernyali Singa Yang Suka Menolong Orang Miskin
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR