Intisari-Online.com -Sering kita mendengar istilah “air mata buaya” yang dipergunakan orang sebagai penggambaran kepura-puraan akan kesedihan. Tapi mungkin tidak banyak yang tahu kalau air mata buaya itu bukan sekadar kiasan, karena benar-benar ada. Buaya memang “menangis”.Istilah ini sudah ada sejak 1357 dalam buku The Travels of Sir John Mandeville yang ditulis oleh John Mandeville tentang kisah perjalanannya mengarungi lautan dan benua di dunia. Dalam bukunya, Mandeville bercerita tentang seekor buaya yang berpura-pura tidak makan daging. Tapi suatu saat buaya tersebut ditemukan membunuh seorang laki-laki. Anehnya, buaya tampak mengeluarkan air mata saat memakan laki-laki tersebut.William Shakespeare juga mengenakan istilah air mata buaya dalam naskah sandiwara Tragedi Othello pada 1603. Kalimatnya sebagai berikut: “Ya iblis, iblis! Jika bumi ini dikerumuni oleh tangisan wanita, setiap tetes yang jatuh akan membuktikan bahwa itu buaya. Pergilah dari pandanganku!”Faktanya, buaya memang tampak menangis ketika mengunyah mangsanya. Bukan karena ia bersedih, iba, atau menyesal karena telah melahap buruannya. Namun karena kerja biologis tubuhnya. Ketika melahap mangsanya, kelenjar air mata buaya tertekan. Akhirnya ia terlihat seperti menangis. Padahal ia sebenarnya sedang berbahagia, karena bisa makan enak. (Verena Gabriella / Intisari)