Nampaknya bis yang berjalan paling laju.
Di Pare-Pare bis kami berhenti di Terminal untuk kedua kalinya, namun tidak lama.
Dari kota pesisir ini kemudian kami menuju ke pedalaman, ke arah timur yaitu ke Sidrap.
Jalan mulai berliku-liku turun naik bukit. Daerah pegunungan memberi pemandangan seperti daerah lain di Indonesia.
Bermalam di Toraja dengan 500 Perak
Setelah Enrekang (236 km) ada 9 km jalanan yang rusak agak berat. Di Kotu (247 km) untuk ketiga dan terakhir kali bus berhenti waktu makan siang.
Yang terkenal disini "baje" semacam lemper dan buah-buahan (pepaya dan pisang).
Dari desa ini jalan yang agak sempit makin "ganas" liku-likunya. Jalan yang bersisi jurang ini tidak memakai batas pengaman.
Dapat dimengerti betapa bahayanya keadaan itu bila si pengemudi lengah.
Para pengemudi kendaraan bermotor di Sul-Sel umumnya berdisiplin baik dan toleran.
Bila akan saling melewati, bukan saja masing-masing mengurangi kecepatan, bahkan salah satu berhenti untuk memberi kesempatan lewat kepada yang lain, berhubung jalan agak sempit.
Sifat mengalah ini dapat dicontoh oleh para pengemudi di Jawa.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR