Kasus jatuhnya heli UH-60 Blackhawk AS di Mogadishu, Somalia, Oktober 1994, bisa jadi contoh aksi spektakuler RPG-7.
Kedua heli berharga jutaan dolar itu rontok setelah bagian rotor belakang terhantam hulu ledak RPG.
Pada akhir era 70-an Soviet mempoduksi generasi penerus, yaitu RPG-16.
Secara teknis senjata ini bisa merobek lapisan baja setebal 375 milimeter dari jarak lebih dari 800 meter.
(Baca juga: Senjata Ilegal: Belajar dari Equatorial Guinea, Negara yang Hampir Dikudeta oleh Pemasok Senjata)
Jika dibandingkan dengan senjata peluncur granat Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) yang dibeli oleh Polri dengan RPG, kedua senjata itu sama-sama mematikan karena sifatnya yang menghancurkan.
Keduanya juga bisa digunakan untuk menghancurkan ranpur lapis baja dan bungker musuh.
Cuma bedanya, SAGL lebih ringan dan ruang pelurunya bisa diisi dengan sejumlah granat luncur,
Sedangkan RPG hanya mampu memuat satu granat luncur dan harus diisi lagi ketika akan ditembakkan.
Jadi untuk digunakan dalam pertempuran SAGL memang lebih efektif karena satu SAGL bisa menembakkan sejumlah granat luncur.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR