Kandas dua kali
Inilah kehidupan Margarethe sebelum ia bisa melihat. la dibesarkan di Euskirchen, di daerah Rheinland, sebagai salah seorang dari empat putri seorang petani.
Pada umur 2 tahun, orang tuanya baru menyadari bahwa tangan mungilnya selalu menggapai-gapai dan baru bereaksi kalau disentuh atau mendengar suara.
Ia pun tak pernah bereaksi terhadap wajah orang. (Seandainya penyakit tersebut diketahui lebih dini, Margarethe mungkin bisa disembuhkan lewat operasi kecil.)
(Baca juga: Beginilah ketika 154 Orang yang Pernah Mati Suri Menceritakan Pengalaman 'Kematiannya')
Sayangnya, sang ayah meninggal akibat kanker. Sedangkan sang ibu menolak gadis itu. Pernah ibunya berkata, "Seandainya saya tahu kamu buta, saya tak akan mau melahirkanmu."
Sampai usia 15 tahun, Margarethe mengunjungi sekolah luar biasa. Setelah itu, ia menghabiskan waktunya tanpa kontak dengan dunia luar.
Pada usia 19 tahun, ia masih bermain balok-balok kayu. Baru pada usia 23 tahun, ia belajar huruf Braille.
Atas inisiatif dokternya, ia masuk ke pusat rehabilitasi di Duren dan mendapat pendidikan sebagai operator telepon.
Di asrama, ia berkenalan dengan seorang pria yang juga buta. Mereka akhirnya menikah pada tahun 1980.
Tahun 1983, ia hamil. Ia mempunyai dua anak perempuan, Melanie dan Stephanie. Keduanya bisa melihat.
Tahun 1986, perkawinannya retak. Suaminya tertarik dengan tetangga yang tidak buta. Setahun kemudian, Margarethe berkenalan dengan seorang pria yang juga buta.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR