Baca Juga: Ini 5 Tips Bersihkan Sepatu Kulit dengan Bahan Rumahan, Salah Satunya Menggunakan Kulit Pisang
Mode dulu dan sekarang
Dulu sepatu yang in hanya dimiliki orang kaya. Rakyat jelata beruntung kalau punya sepatu untuk bekerja. Tapi, Marie Antoinette, Ratu Prancis yang di-guilotine tahun 1793, konon punya satu pelayan khusus mengurus 500 sepatunya.
Di abad XIX hampir semua orang di AS bisa bersepatu karena sudah bisa dibuat dengan mesin.
Malah, Imelda Marcos "mengoleksi" sampai 3.000 pasang sepatu. Satu sepatunya yang berbahan satin ada di Museum Bata.
Sepatu lars, beberapa tahun silam pernah mode kembali, terutama lars untuk bekerja buatan Doc Martens. Sepatu kanvas bersol karet pun sudah ada tahun 1860-an di Inggris, untuk bermain kriket.
Gara-gara mode, orang pun rela menderita. Perempuan Cina zaman dulu memakai sepatu sutera bersulam sangat indah, yang ukurannya cuma 12,5 cm!
Sejak kecil kaki mereka ditekuk lalu diikat eraterat selama bertahun-tahun untuk membentuk "kaki lotus".
Meski menyulitkan saat berjalan, kaki cacat ini lambang status tinggi, dan dinilai sangat erotik. Kebiasaan itu dilarang sejak 1911 ketika Cina menjadi republik.
Sepatu pemerah buah
Banyak informasi pendidikan di Museum Bata. Di antaranya, presentasi hubungan antara sepatu dengan hortikultura.
Kelom kayu Belanda yang dasarnya datar untuk memadatkan tanah saat menanam tulip.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR