“Ini berbeda, jauh lebih banyak dari biasanya. Kami menunggu beberapa saat saat semua tampak begitu jelas. Saat itulah aku mulai mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku mendengar telah ada beberapa tetangga yang telah terbunuh. Tidak tahu kenapa tapi kami tahu orang-orang (yang terbunuh) ini tidak berpihak pada pemerintah.”
(Baca juga: Demi Menghapus Jejak Pembantaian, Pihak Militer Myanmar Diduga Bakar Mayat Orang-orang Rohingya)
Tak hanya orang Tutsi, menurut Murangwa, ada beberapa orang Hutu yang juga melawan pemerintah—dan mereka semua telah terbunuh. Sejak itulah Murangwa baru sadar bahwa kondisi negaranya benar-benar menakutkan.
Dan tidak butuh waktu lama bagi tentara untuk sampai di rumah Murangwa. Mereka sampai komplek sekitar pukul satu siang, datang dari satu rumah ke rumah yang lain, dan membunuhi penghuninya.
Dalam beberapa menit kemudian, sekelompok tentara masuk ke flat Murangwa. Mereka mulai memukulinya dan menyuruhnya tengkurap dan mulai menggeledah kamar-kamar dan melemparkan segela benda ke udara.
Yang mereka cari: senjata.
Di situlah Dewi Fortuna berpihak pada Murangwa. Salah satu benda yang berterbangan itu adalah sebuah album foto. Album itu terbuka dan terlihatkan foto Toto di situ.
Sikap tentara pun berubah—tapi hanya kepada Murangwa. Untung Murangwa berhasil meyakinkan tentara bahwa teman seflatnya itu juga bermain untuk Rayon Sport.
“Ketika tentara mengakhiri kekacauan, ia menyuruh yang lain untuk keluar dari rumah. Tapi mereka justru masuk ke flat sebelah, menyeret satu anggota keluarga. Rupanya, mereka hanya ingin melempar granat.”
Begitulah, berkat sepakbola Murangwa—dan temannya itu—akhirnya lolos dari genosida maut itu.
Source | : | the guardian |
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR