Namun konflik Pilkada Kabupaten Puncak Jaya dan ancaman gerakan bersenjata Papua, membuat Hasan berpikir seribu kali mengantar penumpang jarak jauh.
Faktor keamanan menjadi momok yang paling menakutkan bagi Hasan dan para tukang ojek Puncak Jaya lainnya. Sebab para tukang ojek yang kebanyakan pendatang, kerap menjadi korban konflik di Puncak Jaya.
(Baca juga: Negara Harus Tanggung Jawab pada Tukang Ojek yang Jadi Korban Salah Tangkap)
Awal Agustus lalu misalnya, seorang tukang ojek Puncak Jaya di hadang dan ditembak mati oleh kelompok bersenjata setelah pulang mengantar penumpang ke Distrik Mewoluk. Selain faktor keamanan, Hasan juga merasakan getirnya menyambung hidup di wilayah pedalaman.
Maklum biaya hidup di Puncak Jaya terbilang sangat besar di bandingkan tinggal di kabupaten lain di Papua.
Mahalnya ongkos logistik
Puncak Jaya merupakan kabupaten pedalaman Papua yang sulit dijangkau lewat jalur darat. Akibatnya, harga barang kebutuhan sehari-hari jadi sangat mahal lantaran harus diangkut menggunakan pesawat.
Harga bawang merah misalnya, Rp90 ribu per kg, bawang putih Rp80 ribu per kg, telur ayam Rp100 ribu per rak, garam dapur Rp15 ribu per 500 gram, beras biasa Rp25 ribu per kg, dan minyak goreng Rp150 ribu per jerigen.
Harga itu jauh lebih mahal dibandingkan di Jayapura. Harga bawang merah di Jayapura Rp33 ribu per kg, bawang putih Rp37 ribu per kg, telur ayam Rp55 ribu per rak, garam dapur Rp2.000 per 500 gram, beras biasa Rp9.000 per kg, dan minyak goreng Rp75 ribu per jerigen.
Meski getir, Hasan mengerti betul tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Ia tetap mengojek dengan segala konsekuensinya. Tujuannya satu: tetap memberikan nafkah untuk keluarganya di seberang pulau.
“Ternyata sampai ke sini itu kesulitan. Jangankan untuk bayar utang, untuk kirim ke Jawa aja rasanya susah,” ucap Hasan.
Hasan bukan satu-satunya orang Jember di Puncak Jaya. Muhammad Mursyid (35), sudah lebih dulu datang dan mengadu nasib di Kotamulia Pria asal Jember itu sudah 4 tahun bekerja sebagai tukang ojek di Kotamulia.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR