(Baca juga: Hidup Terlantar di Atas Becak, Jenazah Kakek Ini Ditolak Keluarga)
Para juri memperhatikan usaha para peserta dalam memakaikan busana untuk jenazah pria dan wanita. Sementara musik acara pemakaman diputar sebagai latar belakang.
Penilaian lomba ini meliputi keanggunan gerakan para peserta lomba. Juga, kemampuan mereka memakaikan busana tanpa banyak memperlihatkan tubuh telanjang dari orang yang mati.
“Gerakan tangan mereka sangat indah,” komentar Akane Matsuda, salah satu penonton lomba.
Usai lomba Rino Terai menceritakan pengalamannya kepada Reuters.
“Aku berlatih setiap hari untuk menyiapkan lomba ini. Aku melihat banyak videonya dan membuat improvisasi sendiri dengan bertanya pada diri sendiri: “Apakah jenazah sudah terlihat indah? Apakah aku sudah memperlakukan jenazah dengan baik?””
Sekadar tahu, dalam ajaran Shinto mengajarkan bahwa arwah langsung menjadi murni setelah kematian.
Proses memakaikan busana untuk jenazah adalah untuk menyucikan roh almarhum/almarhumah sebelum ia berpindah ke dunia lain. Proses itu biasanya dilakukan di depan keluarga terdekat.
Menurut Ketua Okuribito Academy, Kimura Kouki, meningkatnya populasi manula di Jepang ikut meningkatkan permintaan untuk pengurusan jenazah dengan keterampilan khusus.
(Baca juga: Unik Sekali, Prosesi Pemakaman Di Negeri Ini Bagaikan Parade Marching Band. Pengusung Peti Jenazahnya Pun Menari!)
Ada sekitar 2.000 pengurus jenazah yang berpengalaman dalam memakaikan busana untuk jenazah, namun hanya sedikit yang terampil.
Karena itu, lomba ini diharapkan bisa menjadi cara untuk memacu para pengurus jenazah untuk meningkatkan keterampilan mereka.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR