Advertorial
Intisari-Online.com – Setiap agama punya caranya sendiri untuk merawat jenazah, tak terkecuali Shinto di Jepang.
Mereka yang bertugas mengurus jenazah tidak boleh memperlakukan jenazah itu seenak udel.
Mereka juga dituntut untuk memperlakukan jenazah dengan lembut dan perlahan karena tubuh yang baru dicabut rohnya itu akan merasakan nyeri saat disentuh.
(Baca juga:(Video) Berkenalan dengan Lulu Hashimoto si Boneka Hidup dari Jepang. Mengagumkan atau Malah Menakutkan?)
Nah, di Jepang, mengurus jenazah dengan baik dan penuh kelembutan sangat dipatuhi dalam ajaran Shinto.
Karenanya, tradisi itu ikut dilombakan pula dalam ajang Life Ending Industry EXPO 2017 di Tokyo, pada Kamis (24/8).
Life Ending Industry EXPO 2017 adalah ajang pertemuan dan pameran para pelaku bisnis pemakaman di Jepang.
Di ajang itu pula ditawarkan seni dan model-model peti jenazah terbaru, hingga robot untuk memimpin upacara pemakaman.
Lomba mengurus jenazah di ajang tersebut dimenangkan oleh seorang pengurus jenazah wanita berusia 23 tahun. Dia adalah Rino Terai yang berhasil mengalahkan 3 finalis lainnya.
Dalam lomba tersebut setiap peserta diuji akan seni kuno dalam memakaikan busana untuk jenazah.
Semua gerakan peserta selama memakaikan busana, harus memperlihatkan keindahan dari agama Shinto, juga keindahan penampilan dari jenazah itu sendiri.
Selain itu, selama proses memakaikan busana, jenazah sedapat mungkin tidak banyak memperlihatkan jenazah telanjang. Artinya, jenazah harus terus tertutup selembar kain.
Lomba memakaikan busana untuk jenazah ini diikuti oleh 5 peserta. Mereka diminta untuk memakaikan busana pada 5 orang yang berpura-pura sebagai jenazah.
(Baca juga:Hidup Terlantar di Atas Becak, Jenazah Kakek Ini Ditolak Keluarga)
Para juri memperhatikan usaha para peserta dalam memakaikan busana untuk jenazah pria dan wanita. Sementara musik acara pemakaman diputar sebagai latar belakang.
Penilaian lomba ini meliputi keanggunan gerakan para peserta lomba. Juga, kemampuan mereka memakaikan busana tanpa banyak memperlihatkan tubuh telanjang dari orang yang mati.
“Gerakan tangan mereka sangat indah,” komentar Akane Matsuda, salah satu penonton lomba.
Usai lomba Rino Terai menceritakan pengalamannya kepada Reuters.
“Aku berlatih setiap hari untuk menyiapkan lomba ini. Aku melihat banyak videonya dan membuat improvisasi sendiri dengan bertanya pada diri sendiri: “Apakah jenazah sudah terlihat indah? Apakah aku sudah memperlakukan jenazah dengan baik?””
Sekadar tahu, dalam ajaran Shinto mengajarkan bahwa arwah langsung menjadi murni setelah kematian.
Proses memakaikan busana untuk jenazah adalah untuk menyucikan roh almarhum/almarhumah sebelum ia berpindah ke dunia lain. Proses itu biasanya dilakukan di depan keluarga terdekat.
Menurut Ketua Okuribito Academy, Kimura Kouki, meningkatnya populasi manula di Jepang ikut meningkatkan permintaan untuk pengurusan jenazah dengan keterampilan khusus.
Ada sekitar 2.000 pengurus jenazah yang berpengalaman dalam memakaikan busana untuk jenazah, namun hanya sedikit yang terampil.
Karena itu, lomba ini diharapkan bisa menjadi cara untuk memacu para pengurus jenazah untuk meningkatkan keterampilan mereka.