Sepatu para petugas sudah dipenuhi lumpur, seragam Paskibra juga berlumpur. Namun formasi pengibar bendera tidak berkurang sama sekali.
“Kami sudah latihan selama 14 hari. Waktu latihan tidak ada jalanan yang becek karena tidak hujan. Nah, waktu hari H malah hujan, tapi kami tidak ada halangan sama sekali. Tidak ada yang sakit atau mengeluh. Hanya saja waktu gerak jalan, lumpurnya kemana-mana,” kata siswi SMAN 1 Sebulu itu.
Alya menyebutkan, semangat juang kemerdekaan RI membawa rasa nasionalisme yang kuat untuk semua peserta upacara. Tangis haru yang pecah bukan karena sedih dengan kondisi alam yang tak bersahabat, melainkan tangisan kemenangan.
“Kami bangga bisa melaksanakan tugas dengan lancar. Hujan, gerimis atau becek berlumpur bukan halangan untuk kami mengibarkan bendera kebangsaan Indonesia dari pedalaman Kutai Kartanegara,” katanya.
Sementara itu, Camat Sebulu, Mochfizar mengapresiasi semangat pasukan pengibar bendera. Dia mengaku bangga, lantaran semangat juang anak-anak Kecamatan sebulu tidak kalah dengan Paskibra di istana negara.
“Ini semangat NKRI, memang anak-anak sudah kita persiapkan dengan matang. Fokus pengibaran bendera ini merupakan tugas dan amana bela negara. Mereka menjalankannya dengan semangat nasionalis tanpa mempedulikan rintangan hujan dan becek,” katanya kepada Kompas.com.
Menurut dia, kondisi lapangan yang becek dan berlumpur adalah faktor alam yang tidak bisa dihindari. Lapangan Kuning sejatinya adalah lapangan sepak bola yang berumput. Namun di sisi luar dekat tiang bendera, tidak ditumbuhi rumput. Sehingga jika hujan, tanah liatnya akan berlumpur.
(Baca juga: ‘Viral’: Guru Honorer Menangis saat Menuntut Hak Insentif Dihadapan Pejabat Diknas yang Sibuk Bermain HP)
“Itu lapangan bola. Pasti ada rumputnya, tapi di sisi agak luar memang rumputnya tidak tumbuh, dan itu tanahnya liat. Tapi tidak apa-apa, momen pengibaran bendera kemarin sangat membanggakan,” ucap dia.
(Artikel ini sebelumnya tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah di Balik Viral Paskibra yang Tetap Bertugas di Lapangan Berlumpur")
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR