Advertorial
Intisari-Online.com – Sebuah penelitian baru yang dipublikasikan di di jurnalNature Neurosciencemungkin bisa menjelaskan mengapa pepatah lama 'sekali penipu, tetaplah penipu' memiliki beberapa kebenaran di dalamnya.
Penelitian ini menguatkan penelitian sebelumnya.
Seperti yang dipublikasikan di jurnal Archives of Sexual Behaviour, peneliti menemukan bahwa pasangan yang sebelumnya tidak setia dua kali lebih mungkin untuk berbohong lagi.
Responden penelitian tersebut sebanyak 484 pasangan. Mereka ditelusuri dalam hal hubungan dengan pasangannya sertarelasi seksual mereka dengan orang lain selain pasangan mereka.
Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang menipu pada hubungan pertama mereka, tiga kali lebih mungkin untuk menipu dalam hubungan mereka selanjutnya dibandingkan dengan mereka yang tetap setia.
(Baca juga:Masih Saja Suka Berbohong? Inilah Efek Buruk Berbohong Bagi Tubuh)
Juga ditemukan bahwa kecurigaan akan berbohong lagi semakin memburuk seiring berjalannya waktu.
Mereka yang telah diketahui menipu di masa lalu empat kali lebih besar kemungkinannya untuk menuduh pasangannya menipu, terlepas dari apakah mereka pernah menipu atau tidak.
Penelitian soal kesetiaan terhadap pasangan juga dilakukan pada generasi milenium yang berusia 20-an hingga 30-an.
Hasilnya, ada dua alasan utama mengapa generasi milenium cenderung menipu dan itu semua dilakukan dengan kebebasan dan saling ketergantungan.
Sebagian besar dari mereka yang ditanyai - 73 persen - memilih saling ketergantungan sebagai alasan mereka untuk berbohong: mencoba orang lain untuk melihat apakah mereka dapat memuaskan apa yang kurang dalam hubungan mereka saat ini.
Sementara itu, sekitar 20 persen orang merasa kebutuhan mereka untuk bebas memotivasi pengkhianatan mereka, menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Sex Research.
(Baca juga:Ternyata Banyak Generasi Milenial yang Bohong di Media Sosial)
Alasan lain untuk melakukan ketidaksetiaan termasuk mengkonsumsi alkohol dan mencari sensasi.
Menurut tim dari University of Tennessee, ketidaksetiaan dalam kelompok usia ini ditemukan paling umum karena generasi milenium - biasanya didefinisikan sebagai orang berusia 20-an atau kadang-kadang sampai usia 30-an - mencoba untuk menyelesaikan kehidupan dewasa mereka,