Intisari-online.com—Narsisisme adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist). Untuk orang-orang seperti ini, kadang kita mesti berhati-hati. Sebab mereka cenderung berbohong demi kepentingannya sendiri.
Biasanya ia melakukannya untuk menyembunyikan jati dirinya yang sebenarnya. Walau dalam keseharian ia tampak sangat menonjolkan dirinya, pada dasarnya dalam jiwanya ia merasa lemah dan tidak berdaya. Hanya saja ia tidak ingin mengakuinya.
Berikut jenis kebohongan yang umumnya dilakukan orang narsis:
5. “Ini bukan kesalahanku, itu salahmu!”
Karena keegoisan dan sifat manipulatifnya, ia cenderung menyalahkan orang lain saat sesuatu yang buruk terjadi. Ia bahkan menunjuk orang lain dan mengalihkan tanggung jawab pada orang lain. Bahkan, orang narsis tega untuk menyalahkan korban.
Selain itu, orang narsis cenderung kompromi terhadap kesalahan dan menempatkan dirinya sebagai korban saat kesalahan terjadi. Hal ini dilakukannya untuk menyembunyikan kelemahan, kekurangan, dan kejatuhannya sendiri.
6. “Saya selalu ada untukmu/ Saya peduli padamu/ I love you”
Orang narsis memiliki kemampuan untuk menjadi orang yang mempesona dengan karismanya. Ia tahu bagaimana caranya untuk mendapatkan perhatian orang lain bahkan mengendalikan orang tersebut.
Dalam hubungan yang romantis, ia cenderung sering menggombal dan memuji pasangannya. Namun kenyataannya, ia tidak membuat orang lain merasa spesial karena ia peduli, namun karena ia ingin mendapatkan sesuatu dari kita.
7. “Kamu sangat mengecewakan saya!”
Orang narsis sangat menginginkan perhatian untuk membuatnya merasa penting. Karena itu dengan keegoisannya ia akan sering membuat orang merasa bersalah dengan menyampaikan kekecewaannya.
Sama seperti anak kecil yang mengalami tantrum karena tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.
8. “Maafkan aku, aku akan berubah,”
Karena narsisis sering melakukan kesalahan, konsekuensinya ia sering tertangkap basah. Hal ini merupakan momen krisis bagi para narsisis. Saat itulah drama dimulai. Ia akan meminta maaf dengan dramatis sehingga orang lain merasa iba.
Namun sayangnya, setelah kondisi itu selesai, ia tidak akan mengingat janjinya untuk memperbaiki kesalahan itu.
Apakah orang narsis bisa berubah lebih baik? Mungkin. Namun jika ia benar-benar menyadari ada yang salah dalam dirinya dan rela untuk berubah.
(psychologytoday.com)