Intisari-Online.com - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, adalah memungkinkan jika pembangunan Indonesia dilakukan tanpa menggunakan utang. Namun konsekuensinya, akan banyak anggaran yang dipangkas.
Dia mencontohkan, penerimaan negara tahun 2017 sebesar Rp1.736 triliun, dan belanja negara sebesar Rp2.133,2 triliun.
Dengan demikian, defisit anggaran pada 2017 diperkirakan Rp397,2 triliun atau 2,92 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Jika ingin Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tanpa utang maka Kementerian Keuangan harus memotong sekitar Rp397,2 triliun. Adapun hingga Juni 2017, utang pemerintah tercatat mencapai Rp3.706,52 triliun.
"Kira-kira kalau (anggaran yang dipangkas) hampir Rp 400 triliun, (anggaran) apa dulu yang kami potong? Saya minta, kita buat polling," kata Sri Mulyani, di Forum Merdeka Barat 9, Jakarta Pusat, Kamis (27/7/2017).
(Baca juga: Utang Pemerintah Mencapai RP3.673 Triliun: Pilih Tambah Utang atau Infrastruktur Semakin Tertinggal)
Padahal, di sisi lain, banyak kementerian dan lembaga yang meminta peningkatan anggaran dalam pos mereka masing-masing.
Dia mengimbau, masyarakat tak khawatir terhadap kebijakan pemerintah untuk berutang.
Sebab, lanjut dia, utang merupakan responsibility choice dan strategi agar keuangan negara tetap stabil, namun seluruh kebutuhan masyarakat tetap bisa terpenuhi.
"Gaji kan enggak mungkin saya potong. Kalau gaji, bayar listrik, gaji TNI/Polri, gaji guru enggak boleh saya potong, apa anggaran pendidikan atau kesehatan boleh saya potong?" kata perempuan yang akrab disapa Ani tersebut.
Selain itu, Kementerian Keuangan juga tak mungkin memangkas anggaran bantuan sosial seperti program keluarga harapan (PKH). Ani juga menegaskan dirinya tak dapat memangkas anggaran pembangunan infrastruktur.
(Baca juga: Banyak yang Kritik Kinerja Pemerintah, Sri Mulyani Menjawab Lewat Rapor Kinerja APBN)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR