Intisari-online.com—Hampir semua sudah tahu sisi negatif terlalu banyak menggunakan media sosial, khususnya Facebook.
Seperti hilangnya komunikasi tatap muka, menguras waktu, mengganggu produktivitas, mengurangi waktu tidur, memicu KEPO dan FOMO, dll.
Tapi mengapa masih begitu banyak orang yang menggunakan Facebook dan tidak bisa lepas darinya?
Penelitian pada tahun 2016 bertajuk Issue of Current Opinion in Psychology menyebutnya sebagai bagian dari kondisi psikologis seseorang yang disebut affective forecasting.
Yaitu keadaan psikis manusia yang membuatnya merasa lebih baik ketika melakukan aktivitas itu.
(Baca juga: (Video) Kebenaran Pahit di Balik Foto-foto ‘Keren’ Pengguna Media Sosial. Mungkin Anda Salah Satu ‘Pelakunya’)
Ia tahu kalau menggunakan Facebook terlalu lama itu merugikan dan buang-buang waktu, namun ia merasa lebih baik ketika menggunakannya.
Artinya, kita merasa, misalnya 20 menit beraktivitas di Facebook akan membuat mood kita menjadi lebih baik.
Namun tidak menyadari bahwa pemikiran itu menjebak kita sehingga kita tidak menyadari kerugian yang kita alami.
Kabar baiknya, setelah kita mengetahui bahwa terlalu candu ber-Facebook itu sebetulnya merugikan, kita bisa lebih mengontrol diri kita.
Misalnya dengan membatasi diri kita untuk scrolling linimasa media sosial kita.
(Baca juga: Potret Anaknya dengan "Busana" Sayuran dan Buah-buahan, Ibu Kreatif Ini Mendadak Ngetop di Media Sosial)
Ingat, semakin kita mampu mengendalikan diri kita untuk menggunakan media sosial, akan semakin banyak waktu untuk produktif dan melakukan aktivitas lain yang bisa membuat kita merasa lebih baik.
Selanjutnya, jangan pernah membandingkan situasi kita dengan situasi orang lain di Facebook. Semua orang hanya akan menampilkan apa yang baik di situ.
Jarang sekali orang yang berani menunjukkan masalah, persoalan, kelemahan, dan perasaan tidak amannya di media sosial.
Jika ingin lebih sehat secara mental, cobalah lebih banyak berkomunikasi di dunia nyata, ketimbang di dunia maya. Selamat menjadi bijaksana, Sahabat Intisari!