Advertorial
Intisari-Online.com -Dalam Perang Vietnam (1955-1975) pasukan Amerika Serikat dan Vietnam Selatan (Army of Republic of Vietnam/ARVN) sengaja membangun perkubuan (kamp) yang kuat.
Tujuan mereka adalah membendung gempuran gerilyawan Vietnam Utara (Viet Cong) dan pasukan reguler Vietnam Utara (North Vietnamese Army/NVA).
Perkubuan yang sebelumnya digunakan oleh pasukan elit Green Berets AS itu mampu menampung sebanyak 40 ribu tentara.
(Baca juga:Sungguh Militer Amerika Serikat Tidak Pernah Belajar dari Pengalaman Mengerikan Perang Vietnam)
Kamp yang dibangun oleh tim US Special Forces, Green Berets, pada tahun 1964 itu terletak di kawasan strtegis tapi terpencil di Khe Sanh di perbatasan Vietnam-Laos.
Tujuan pembangunan kamp di Khe Sanh adalah untuk mencegah infiltrasi pasukan Viet Cong dan NVA dari wilayah Laos, lewat jalur logistik Laos-Vietnam Utara yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ho Chi Minh Trail.
Sejak ditinggalkan personil Green Berets pada tahun 1966, kamp di Khe Sanh kemudian ditempati oleh marinir AS, I Corps, yang sekaligus membangun pangkalan udara darurat, air strip.
Tim Green Berets sendiri kemudian membangun kamp yang lebih kecil di kawasan Lang Vei, yang lokasinya makin mendekati garis perbatasan Vietnam –Laos.
Pada bulan Januari 1967, Jenderal Westmoreland, memerintahkan marinir AS yang bermarkas di camp Khe Sanh untuk pindah.
Pasukan yang kemudian bermarkas di camp Khe Sanh adalah Bravo Company, 1st Battalion, dan pasukan marinir AS yang masih tersisa, 9th Marine.
Perubahan kekuatan yangterjadi di kamp Khe Sanh ternyata diamati oleh tim intelijen Viet Cong dan NVA dan sejumlah serangan pun mulai dilancarkan.
Serbuan Viet Cong dan pasukan NVA ke kamp Khe Sanh mau tak mau akan melewati markas Green Berets di camp Lang Vei sehingga pertempuran yang terjadi tidak hanya berlangsung di satu tempat saja.
Meskipun kamp di Khe Sanh memiliki persenjataan dan pasukan yang kuat ada kelemahan fatal karena suplai logistik hanya bisa dilaksanakan lewat udara.
Situasinya mirip dengan benteng Din Bien Phu Prancis yang kemudian berhasil dihancurkan oleh pasukan Vietnam dibawah pimpinan Jenderal Nguyen Van Giap.
Persenjataan yang menjadi andalan untuk mempertahankan kamp Khe Sanh antara lain 18 pucuk meriam howitzer kaliber 105 mm, 6 pucuk meriam kaliber 155 mm, sejumlah meriam kaliber 175 mm yang ditempatkan di seputar lingkaran kamp, 6 unit tank M48 yang mempunyai meriam kaliber 90 mm, dan empat unit tank M42 Dusters yang memiliki sepasang kanon 40mm.
Kamp Khe Sanh juga dilindungi oleh kekuatan udara USAF dan pesawat-pesawat tempur yang disiagakan adalah pembom B-52, F-105 Thunderchief, serta pesawat pembom tempur F-8E Crusader.
(Baca juga:Linda Norgrove dan Aib Pasukan Elit AS: ‘Bunuh’ Sandera yang Harusnya Diselamatkan)
Dibandingkan pertahanan yang dimiliki oleh pasukan Prancis di benteng Din Bien Phu, pertahanan yang dibangun pasukan AS dan ARVN di kamp Khe Sanh jauh lebih kuat sehingga perlu perjuangan yang sangat keras bagi pasukan NVA serta Viet Cong untuk merebutnya.
Serbuan besar-besaran pasukan Viet Cong dan NVA ke kamp Khe Sanh dilancarkan pada tanggal 21 Januari dengan formasi mengepung dari semua arah.
Arsitek serbuan dirancang langsung oleh Jenderal Giap sehingga di bawah pimpinan tokoh berkharisma itu, semangat pasukan Viet Cong dan NVA yang bertempur makin menyala-nyala.
Gempuran awal NVA/Viet Cong dimulai dengan menembakkan meriam artileri dan mortir ke arah kamp Khe Sanh, sekaligus ke kamp Special Forces di kawasan Lang Vei.
Pasukan infanteri NVA yang dilengkapi tank PT-76 dan masker gas setelah bertempur beberapa jam akhirnya berhasil menguasai camp Lang Vei.
Pasukan marinir di Khe Sanh yang memiliki helikopter ternyata tak berani membantu Green Berets mengingat kamp Lang Vei sudah terlanjur jatuh ke tangan musuh.
Pengiriman bantuan pasukan juga sangat riskan karena pasti akan disergap oleh musuh.
Pasukan marinir yang dipimpin oleh Kolonel Lowndes akhirnya memilih bertempur matian-matian di camp Khe Sanh.
Jatuhnya Lang Vei yang mengakibatkan 10 personil Special Forces tewas dan 11 lainnya luka-luka, 200 personil milisi (Civilian Irregular Defense Group/CDIG) gugur dan 75 lainnya luka-luka, membuat serbuan Viet Cong/NVA makin terfokus ke camp Khe Sanh.
Bersamaan dengan jatuhnya kamp Lang Vei, malam harinya pasukan NVA, 101 D Regiment, menggempur perimeter tim Alpha yang dipertahankan oleh 66 personil marinir.
Pertempuran sengit itu mengakibatkan hampir sebagian personil tim Alpha gugur.
Tapi tanda diduga pasukan NVA tiba-tiba mundur dari medan tempur sehingga sisa-sisa pasukan Alpha bisa menarik nafas lega.
Pertempuran untuk mempertahankan Khe Sanh dari pengepungan NVA/Viet Cong berlangsung cukup lama dan mendapat perhatian khusus dari pemerintah AS di Washington.
Presiden AS, Lyndon B Johnson, sampai membahas khusus tentang pengepungan kamp Khe Sanh bersama para stafnya.
Sejumlah operasi tempur yang dimonitor oleh Washington pun segera digelar salah satunya adalah operasi pengiriman logistik ke kamp Khe Sanh dalam situasi sangat genting.
Pesawat transport yang mengirimkan logistik harus mendarat secara touch and down di bawah tembakan gencar mortir dan senjata penangkis udara NVA.
Taktik pengiriman logistik berupa senjata dan personil pasukan dilakukan serentak oleh puluhan helikopter Huey sambil dilindungi oleh satu skadron (12 unit) pesawat pembom tempur A-4 Skyhawk yang terus menembakkan amunisinya kearah posisi musuh.
Tanggal 23 Februari pasukan NVA melanjutkan serangan gencarnya dengan menembakan peluru meriam, mortir, roket selama delapan jam ke sasaran di seputar Khe Sanh.
Tembakan meriam dan roket kaliber 130mm serta 152 mm, bahkan ada yang diluncurkan dari perbatasan Laos.
Korban tewas akibat gempuran hebat itu adalah 10 personil marinir tewas dan 51 lainnya terluka.
Serbuan pasukan NVA yang dilakukan dalam jarak dekat di kawasan sekitar kamp serta sergapan terhadap patroli pasukan AS bahkan mampu menimbulkan korban lebih besar.
Sembilan marinir tewas, 25 luka-luka, dan 19 lainnya hilang.
Memasuki bulan Februari pertempuran sengit yang melibatkan duel artileri dan gempuran udara terus berlanjut hingga selama satu bulan penuh.
Pada akhir bulan Februari pasukan NVA mulai menujukkan tanda-tanda untuk mundur.
Pasukan inteligen AS akhirnya berhasil mendeteksi bahwa mulai pertengahan Maret, sejumlah besar pasukan NVA secara berangsur-angsur ditarik mundur menuju Vietnam Utara.
(Baca juga:Inilah Rahasia Kemenangan Tim TNI AD atas Tentara Amerika dan Australia dalam AASAM 2015)
Penarikan mundur pasukan itu makin jelas setelah pasukan NVA meledakkan depo-depo amunisinya.
Kesempatan itu tak disia-siakan oleh pasukan AS dan ARVN, mereka melancarkan serangan sergapan yang mengakibatkan ratusan tentara NVA gugur.
Seluruh pasukan NVA akhirnya menghilang dari kawasan Khe Sanh pada akhir bulan Maret dan pasukan AS dan ARVN pun kembali menguasai camp.
Sebanyak 730 prajurit AS tewas dan 2642 lainnya luka-luka dalam pertempuran sengit di Khe Sanh. Sedangkan pihak NVA/Viet Cong kehilangan lebih dari 1600 pasukan dan puluhan ribu lainnya luka-luka.