Berdasarkan realisasi penerimaan negara dan belanja negara semester I-2017, kondisi keuangan negara mengalami defisit Rp175 triliun, atau 1,29 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Rasio defisit anggaran itu lebih kecil dibandingkan semester pertama tahun lalu yang mengaku 1,82 persen.
Adapun keseimbangan primer mencapai Rp68,3 triliun. Kondisi ini dinilai lebih baik sebab pada periode pertama tahun lalu, keseimbangan primer justru negatif Rp 143,4 triliun.
"Ini menunjukan kami coba memperbaiki APBN tanpa menganggu ekonomi," kata Sri Mulyani.
Kondisi defisit itu anggaran membuat pemerintah harus mengambil utang melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN).
Hingga semester I-2017 ini, total penerbitan SBN tutur Sri Mulyani justru tumbuh negatif 23,3.persen.
Jumlah itu lebih kecil dari penerbitan SBN pada periode yang sama tahun lalu yang justru tumbuh 34 persen.
Dari data yang ditujukan mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, pemerintah sudah mengambil utang Rp207 triliun selama semester pertama tahun ini.
Ia berjanji akan melakukan pengelolaan defisit dan utang pemerintah sehingga tidak membahayakan keuangan negara.
Selain itu Sri Mulyani berharap data-data yang ia beberkan ini bisa membuat masyarakat mengerti kondisi sesungguhnya keuangan negara.
(Yoga Sukmana)
Artikel ini sudah tayang di kompas.com dengan judul “Jawab Kritik, Sri Mulyani Beberkan Rapor Kinerja APBN”.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR