"Waktu itu (jualan buah) masih Presiden Soekarno, tahunnya lupa," kata Babe yang duduk didampingi sang istri, Nenah.
Dalam sehari, Babe mengantongi Rp50 ribu sampai Rp75 ribu dari hasil jualan asinan. Setiap bungkus asinan ia beri harga Rp 10 ribu.
(Baca juga: Sehat dan Langsing Berkat Nanas)
Saat ditanya soal rencana untuk berhenti bekerja, Babe mengaku tidak akan berhenti selama masih diberi kesehatan dan umur panjang. "Enggak (berhenti kerja) selagi masih ada nafas di badan, masih ada umur," kata Babe.
Sebagai istri, Nenah mengagumi semangat suaminya itu. Namun, sesekali ia pun prihatin dengan keadaan Babe. Apalagi usia dan kondisi tubuh Babe tidak memungkinkan untuk berjualan keliling.
"Ibu sih bangga, (Babe) pantang menyerah. Tapi ibu suka sedih. Sedinya ngeliat jalannya itu, sudah bongkok," kata Nenah.
Setiap harinya, usai berjualan, Babe dijemput menggunakan ojek, sementara Nenah menggantikannya menuntun gerobak ke rumah. (Maya Nirmala Tyas Lalita)
(Artikel ini sudah dimuat di Tribunnews.com dengan judul Jalan Terbungkuk-bungkuk, Begini Perjuangan Kakek 81 Tahun, Pedagang Asinan dari Zaman Soekarno)
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR