Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan artikel terbaru kami di sini
___
Intisari-online.com - Di kota Surakarta, ada kisah tentang seorang raja dengan kekayaannya yang luar biasa dan mobil pertamanya di Indonesia masih terngiang hingga saat ini.
Beliau adalah Sultan Pakubuwono X, raja Surakarta yang tak hanya dikenal dengan kepemimpinannya yang bijaksana, tetapi juga gaya hidupnya yang modern dan inovatif.
_________________________________________________________
Tak heran, beliau didapuk menjadi raja Surakarta pada usia 31 tahun, menggantikan ayahnya, Pakubuwono IX.
Sebagai raja, Pakubuwono X mewarisi kekayaan yang berlimpah dari pendahulunya. Kesultanan Surakarta memiliki berbagai sumber pendapatan, seperti tanah, pajak, dan hasil bumi.
Di bawah kepemimpinannya, Pakubuwono X berhasil mengelola kekayaan tersebut dengan bijak, sehingga kemakmuran rakyatnya pun terjaga.
Salah satu hal yang paling menonjol dari Pakubuwono X adalah kecintaannya pada teknologi dan inovasi. Beliau selalu mengikuti perkembangan teknologi terbaru dari dunia Barat dan tak segan untuk mengadopsinya di Surakarta.
Hal ini terlihat dari berbagai proyek modernisasi yang beliau gagas, seperti pembangunan infrastruktur, pabrik gula, dan sekolah-sekolah modern.
Keinginan Memiliki Mobil
Di tengah modernisasi yang digagasnya, Pakubuwono X memiliki sebuah keinginan yang unik: memiliki mobil.
Pada masa itu, mobil masih merupakan barang yang sangat langka dan mewah, bahkan di kalangan bangsawan Eropa. Namun, Pakubuwono X tak gentar dengan hal itu.
Pada tahun 1894, Pakubuwono X berhasil mewujudkan mimpinya. Beliau memesan sebuah mobil Benz Victoria Phaeton dari Jerman, dengan harga yang fantastis: 10.000 Gulden.
Kedatangan mobil ini menjadi sensasi di seluruh Hindia Belanda. Pakubuwono X menjadi orang pribumi pertama di Indonesia yang memiliki mobil, bahkan mengalahkan Ratu Belanda.
Saat itu beliau terpesona dengan gagasan tentang kereta tanpa kuda yang dapat melaju dengan kecepatan tinggi.
Harga mobil ini sekitar10.000 Gulden, setara dengan miliaran rupiah di masa kini. Penantian panjang pun dimulai. Butuh waktu satu tahun penuh bagi Benz Victoria Phaeton untuk sampai di Surakarta, menempuh perjalanan panjang dari Jerman melalui laut.
Kedatangan yang Menggemparkan Surakarta
Kedatangan Benz Victoria Phaeton di Surakarta pada tahun 1895 bagaikan guntur di siang bolong. Masyarakat berbondong-bondong datang untuk melihat kereta ajaib yang kabarnya bisa bergerak tanpa kuda.
Keunikan dan kecepatan mobil ini membuat banyak orang terkagum-kagum, bahkan tak jarang yang menyebutnya sebagai "kereta setan".
Bagi Pakubuwono X, Benz Victoria Phaeton bukan hanya sekadar kendaraan. Mobil ini menjadi simbol kekayaan, kemajuan, dan modernitas Kesultanan Surakarta.
Beliau sering menggunakan mobil ini untuk menghadiri acara resmi dan menjamu tamu-tamu penting. Kehadiran Benz Victoria Phaeton di jalanan Surakarta menjadi pemandangan yang luar biasa di masanya.
Benz Victoria Phaeton tak hanya mengubah cara Pakubuwono X bepergian, tetapi juga membawa pengaruh besar bagi masyarakat Surakarta.
Mobil ini menjadi bukti bahwa Kesultanan Surakarta tak tertinggal dalam perkembangan zaman.
Kehadirannya memicu ketertarikan masyarakat terhadap teknologi baru dan membuka peluang bagi kemajuan transportasi di Indonesia.
Menelusuri Jejak Sang Legenda
Sayangnya, kisah Benz Victoria Phaeton tak selamanya mulus. Pada tahun 1924, mobil ini dipinjamkan oleh Belanda untuk dipamerkan dalam pameran otomotif di Den Haag.
Namun, setelah pameran selesai, Belanda tak mengembalikan mobil tersebut kepada Pakubuwono X.
Sejak saat itu, keberadaan Benz Victoria Phaeton menjadi misteri. Mobil ini sempat berpindah tangan beberapa kali dan akhirnya disimpan di Museum Louwman, Belanda. Pada tahun 2020, pemerintah Indonesia berusaha untuk memulangkan mobil bersejarah ini, namun hingga saat ini belum membuahkan hasil.
Warisan yang Tak Ternilai
Terlepas dari keberadaannya saat ini, Benz Victoria Phaeton tetap menjadi legenda dalam sejarah otomotif Indonesia. Mobil ini menjadi saksi bisu modernisasi transportasi di tanah air dan simbol kepemimpinan visioner Pakubuwono X.
Kisah Benz Victoria Phaeton adalah pengingat bahwa kemajuan teknologi tak hanya membawa perubahan, tetapi juga membuka peluang baru bagi masa depan.
Kehadiran mobil ini di Surakarta tak hanya mengubah cara pandang masyarakat terhadap transportasi, tetapi juga memicu semangat untuk terus berinovasi dan mengikuti perkembangan zaman.
Benz Victoria Phaeton adalah pengingat bahwa dengan tekad dan visi yang kuat, kita dapat mencapai hal-hal yang luar biasa.
Mobil Benz Victoria Phaetonnya pun menjadi warisan sejarah yang tak ternilai, sebagai bukti kecintaannya pada kemajuan dan modernitas.
*
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan artikel terbaru kami di sini
___