“Saya hancur berkeping-keping. Saya merasa dikecewakan oleh Tuhan, saya merasa dikecewakan semua orang.
“Saya tidak percaya bahwa orang bisa tertawa, pergi keluar, dan hanya menjalani hidup. Saya terpuruk.”
Suatu hari Terry sedang duduk di balkon melihat burung-burung berkicau. "Tuhan, bagaimana kau bisa merawat burung-burung ini, tapi saya tidak?" tanya Terry.
Pada saat itu Terry ingat ada 24 jam dalam sehari - duduk dalam keadaan depresi dengan gorden tertutup. Tanpa terasa sudah seminggu, sebulan, setahun terbuang sia-sia. Itu adalah kenyataan yang sulit.
Terry kemudian memutuskan untuk tidak akan pernah menikah lagi. “Tuhan mengambil suami saya, dan rasa kehilangan itu terlalu banyak. Itu adalah sesuatu yang tidak saya inginkan pada siapa pun. Rasa sakitnya luar biasa.”
Jatuh cinta
Tapi ada satu orang - Tonny Gobanga - yang terus berkunjung. Ia mendorong Terry untuk berbicara tentang suaminya dan memikirkan masa-masa indah.
Ketika Tonny tak menelepon selama tiga hari, Terry sangat marah. “Saat itulah saya tersadar bahwa saya telah jatuh cinta padanya.”
Ketika suatu hari Tonny berniat meminang Terry, ia menyuruh Tonny untuk membeli majalah, membaca kisahnya dan memberitahukan dia apakah Tonny masih mencintainya.
“Ia kembali dan mengatakan bahwa ia masih ingin menikahi saya.
“Tapi saya mengatakan kepadanya, ‘Dengar, ada hal lain - saya tidak bisa punya anak, jadi saya tidak bisa menikah denganmu.’
Akan tetapi Tonny tetap bersikeras dan berpendapat bahwa anak-anak adalah anugerah dari Tuhan. Jika bisa mendapatkannya, amin. Jika tidak, ia akan punya lebih banyak waktu untuk mencintai Terry.
Saya berpikir, "Wow, jadi saya menerima pinangannya.”
Tonny pulang untuk memberi tahu orangtuanya, mereka sangat gembira. Namun ketika mereka mendengar cerita tentang Terry, mereka pun berubah pikiran. "Kamu tidak bisa menikahinya, ia sudah dikutuk."
Toh pernikahan itu tetap berlangsung meski tidak dihadiri ayah Tonny. Ada 800 tamu yang datang ke pernikahan mereka. Kebanyakan tamu diliputi rasa penasaran.
Terry datang ke gereja lagi untuk menerima pemberkatan setelah tiga tahun pernikahannya yang pertama.
"Saya di sini lagi, Bapa, tolong jangan biarkan ia mati."
Saat jemaat berdoa untuk mereka, pecahlah tangisan Terry.
Kabar gembira, hamil
Setahun setelah mereka menikah, Terry merasa tidak enak badan dan pergi ke dokter. Yang mengejutkan dokter mengatakan Terry hamil.
Seiring berjalannya bulan, Terry harus banyak istirahat karena bekas luka tusukan di rahimnya.
Tapi semua berjalan dengan baik, dan mereka memiliki bayi perempuan yang dinamai Tehille. Empat tahun kemudian, mereka memiliki seorang bayi perempuan lagi yang diberi nama Towdah.
Kelahiran itu memberikan kebahagiaan lain bagi Terry: hubungannya dengan ayah mertuanya membaik.
Terry kemudian menulis sebuah buku, berjudul Crawling out of Darkness (Merangkak di Kegelapan) yang bertutur beratnya menghadapi cobaan yang dialaminya. “Apa yang saya alami semoga memberi harapan kepada orang-orang untuk bisa bangkit kembali.”
Terry pun mulai merintis sebuah organisasi bernama Kara Olmurani. “Kami bekerja dengan para penyintas pemerkosaan, bukan korban pemerkosaan.”
Organisasi itu menawarkan konseling dan dukungan. Mereka ingin membangun sebuah rumah bagi para penyintas agar mereka bisa datang dan menemukan pijakan sebelum kembali menghadapi dunia.
Terry sudah memaafkan orang-orang yang memerkosanya. Tidak mudah tapi ia menyadari bahwa tidak bermanfaat marah kepada orang-orang yang mungkin tidak peduli.
“Agama saya mengajarkan untuk memaafkan dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi dengan kebaikan.
“Yang paling penting adalah berduka. Melaluinya. Marahlah sampai Anda bersedia melakukan sesuatu tentang situasi Anda.
“Anda harus terus maju, merangkak jika harus melakukannya. Tapi teruslah maju meraih takdir Anda karena takdir sudah menunggu, dan Anda harus berjalan dan mendapatkannya.”
Source | : | bbc.com |
Penulis | : | Agus Surono |
Editor | : | Agus Surono |
KOMENTAR