Melihat gerak maju yang lamban itu, Yamashita kemudian mengerahkan kekuatan yang lebih besar sehingga pertahanan pasukan Sekutu pun mulai bisa ditembus.
Dalam pertempuran yang berlangsung pada tanggal 11 Februari, pasukan Jepang berhasil menguasai kawasan Bukit Timah Area yang merupakan depot amunisi dan logistik bagi Sekutu.
Situasi ini membuat pasukan Sekutu makin terjepit dan mulai kehabisan amunisi dan logistik terutama suplai air.
Mujur datang bantuan dari Malayan 1st Brigade yang kemudian terlibat pertempuran sengit di kawasan Pasir Panjang selama dua hari.
Namun, bantuan pasukan Malaya akhirnya berhasil dilibas Jepang. Komandan Malayan 1st Brigade, Letnan Adan Bin Saidi bahkan langsung dieksekusi oleh Jepang ketika bermaskud menyerah.
Dalam situasi terdesak itu, PM Inggris Wiston Churchil, memberi perintah kepada Jenderal Percival untuk segera menyelamatkan kekuatan udara RAF ke Hindia Belanda (Indonesia).
Churchil juga memerintahkan agar semua pasukan Sekutu, terutama Inggris memberikan perlawan maksimal kepada pasukan Jepang.
Churchil bahkan mengirim telegram agar pasukan Inggris bertempur sampai prajurit terakhir.
Namun, ketika posisi pasukan Sekutu dan penduduk sipil Singapura betul-betul makin terancam, para staf Jenderal Percival menyarankan untuk menyerah kalah.
Ketika pada tanggal 14 Februari pasukan Jepang memasuki pusat kota Singapura dan menunjukkan kekejaman dengan cara membantai pasien dan perawat di Alexandra Barrack Hospital, horor pembunuhan itu makin membuat pasukan Sekutu ketakutan.
Pada tanggal 15 Februari, serbuan pasukan Jepang benar-benar tak bisa dibendung.
Pasukan Sekutu yang bertahan di Fort Canning dan kehabisan amuniasi artleri udara akhirnya memutuskan untuk menyerah.
Jenderal Percival lalu mengirim utusan ke markas komando Yamashita. Tapi utusan Percival disuruh balik dan Yamashita menghendaki kehadiran langsung Percival.
Sebagai pihak yang kalah dan tak memiliki pilihan, Percival akhirnya memenuhi semua keinginan Yamashita dan menandatangai penyerahan tanpa syarat pasukan Sekutu di Cathay Building, Singapura.
Tokyo yang bangga atas kekalahan pasukan Sekutu lalu memberi mandat kepada Yamashita untuk sepenuhnya menentukan hidup mati tawanan Sekutu dan penduduk sipil lainnya.
Inisiatif penyerahan diri pasukan Sekutu yang dilakukan Jenderal Percival sebenarnya bertujuan agar Jepang memperlakuakn tawanan secara manusiawi.
Namun, tawanan pasukan Sekutu yang jumlahnya lebih dari 50.000 itu ternyata mendapat perlakuan yang sangat bururk dari pasukan Jepang.
Para tawanan dikumpulkan di penjara Changi tanpa fasilitas yang memadai. Mereka dibiarkan kelaparan dan kepanasan di bawah terik matahari.
Sebagian besar tawanan dikirim Borneo dan Burma untuk menjalani kerja paksa. Puluhan ribu di antarnya tewas karena kelaparan, penyakit, dan eksekusi.
Ironisnya, sekitar 30.000 pasukan Sekutu dari India berhasil dibujuk dan bergabung dengan Jepang. Mereka kemudian turut bertempur di berbagai medan di kawasan Asia, khususnya Burma.
Penduduk Singapura dari etnis China juga mendapat perlakuan biadab. Etnis China Singapura yang selama ini membantu saudara-saudara memerangi pasukan Jepang di China banyak sekali yang ditangkap dan dieksekusi tentara Jepang.
Salah satu ambisi Jepang menguasai Singapura memang bertujuan untuk melancarkan balas dendam terhadap etnis China.
Akibat aksi balas dendam itu korban yang jatuh pun makin menjadi-jadi. Sekitar 5000 penduduk sipil etnis China dibantai oleh pasukan Jepang.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR