Posisi Timur Laut Singapura diperkuat oleh pasukan Indian III Corps, Indian 11th Infantry Division, British 18th Division, 15th Indian Brigade dan dipimpin oleh Mayjen Lewis Heath.
Sedangkan posisi sebelah tenggara Singapura, dipertahankan oleh Mayjen Frank Keith Simon dan kekuatannya terdiri dari 18 batalyon seperti Malayan 1st Infantry Brigade, Indian 12th Infantry Brigade, Straits Settlements Volunteer Force, dan lainnya.
Sementara itu pasukan Jepang yang dipimpin Jenderal Tomoyuki Yamashita telah memusatkan seluruh kekuatannya yang terdiri dari 30.000 pasukan di Johor, Malaysia dan tinggal menunggu perintah menggempur.
Dari pengamatan langsung oleh tim pengintai dan mata-mata Jepang, Jenderal Yamashita lalu memutuskan untuk memulai serbuan dengan gempuran tembakan meriam secara massif.
Tembakan meriam yang jumlahnya ribuan itu dimuntahkanan terus-menerus selama tiga hari lalu disusul dengan serangan udara.
(Baca juga: Lee Kuan Yew: Singapura Memilih Merdeka, karena Malaysia Hanya Ingin Dikuasai Suku Melayu)
Posisi meriam-meriam Jepang yang berada di ketinggian membuat alur tembakannya lebih akurat dan jauh jangkauannya.
Gempuran Jepang dibalas oleh meriam pertahanan pantai Singapura yang sangat terkenal karena memiliki dua sampai tiga moncong meriam sekaligus dan berkaliber 15 inchi.
Tapi meriam-meriam Sekutu ternyata tak mampu menjangkau posisi pasukan Jepang.
Bahkan meriam 15 inchi yang disiapkan untuk menghantam kapal perang itu mengalami kesulitan ketika yang harus dihadapi adalah gempuran pesawat tempur.
Gempuran meriam dan bom yang berlangsung satu minggu itu membuat pertahanan pantai pasukan Sekutu porak-poranda.
Setelah yakin posisi pertahanan musuh melemah, Jenderal Yamashita pun memerintahkan pasukannya untuk segera melancarkan pendaratan amfibi.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR