Selama waktu itu, biji kopi disimpan dalam karung-karung goni, ditumpuk di dalam gudang.
Proses ini bertujuan mengurangi kadar asam di dalam biji kopi.
Asam kopi menyebabkan kopi terasa masam dan menyebabkan perut kembung.
Setelah diperam, kopi baru dipanggang. Pemanggangan dilakukan dengan mesin yang masih kuno.
“Sejak dulu mesin ini belum pernah diganti,” kata Widya Pratama (56 tahun), generasi kedua pemilik Kopi Aroma. Bisa dibayangkan mesin pengolah kopi buatan Jerman itu sudah digunakan sejak tiga perempat abad lalu.
Sumber panasnya berasal dari pembakaran kayu karet.
Kayu ini merupakan limbah kebun karet yang didatangkan dari Sukabumi dan Cianjur.
Dipilih kayu karet karena nyala apinya kontinyu dan bau pembakaran bisa menambah sedap aroma ke dalam biji kopi.
Selama dua jam, kopi dipanggang di suhu 120oC.
Setelah dipanggang dua jam, kopi ditapis lagi dalam mesin penapis.
Proses penapisan ini untuk memisahkan kopi kualitas prima (bobotnya berat) dari kopi kualitas kedua (bobotnya ringan).
Hanya kopi kualitas prima yang digiling dan dijual di toko ini. Semua proses ini dikerjakan secara manual oleh Widya Pratama, dibantu beberapa orang pegawai.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR