"Apalagi kalau melihat situasi Jakarta sekarang, seharusnya ada sesuatu yang tidak konvensional yang harus dilakukan," tuturnya. Perindahan ibukota mungkin bisa menjadi salah satu jalan keluar.
"Tapi masalahnya ibukota pindah, akankan situasi yang menimpa Jakarta kini tidak akan terulang?" Herdianto menimpali.
Artinya, apakah di tempat baru nanti tidak akan tumbuh pusat-pusat
kegiatan baru seperti di Jakarta sekarang, sehingga sifatnya hanya memindahkan persoalan ke tempat lain?
Apalagi tidak ada jaminan perbaikan di tempat baru nanti, sepanjang tidak ada perbaikan perilaku, penegakan hukum, dan tata kelola pemerintahan yang baik.
(Baca juga: Dianggap Mengotori Ibukota, Bunga Untuk Ahok Dibakar Buruh)
Di tengah negara
Sedikit menengok sejarah, rencana memindahkan pusat pemerintahan dari Jakarta sebenarnya bukan cerita baru.
Tahun 1808, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels, sudah mengangankan ibukota pindah ke Surabaya.
Alasannya, Surabaya dinilai lebih sehat dari Batavia.
Ada juga pertimbangan faktor pertahanan dan keamanan, karena letaknya dekat dengan pangkalan armada laut Belanda di Gresik. Kabarnya Daendels juga sempat melirik Bogor, yang dulu bernama Buitenzorg.
Beberapa waktu kemudian, pemerintah kolonial kabarnya juga sudah mempersiapkan Bandung. Alam yang sejuk dan dikelilingi pegunungan menjadi pertimbangan.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR